Kegiatan-kegiatan seni dan budaya di kota Makassar dan di kota-kota lain, kembali pulih dengan menggelar kegiatan-kegiatan yang menarik. Di Rumata’, kami pelan-pelan menyusun ulang berbagai komunikasi dan kerjasama yang sebelumnya terhambat karena pandemi. Kolaborasi-kolaborasi dengan komunitas kami buka selebar-lebarnya untuk merealisasikan kerja budaya bersama. Misalnya, kegiatan Pesta Rakyat yang diinisiasi oleh Pemuda Kreatif Bonto Ramba dengan menggelar malam penganugerahan 17 Agustus yang berlangsung di lapangan tenis Bonto. Ini menjadi catatan penting bahwa Rumata’ menjadi bagian yang cukup signifikan sebagai bagian dari kawasan Bonto.
Selain itu, Bacarita Digital Sesi 2 juga berlangsung di Jayapura pada akhir Agustus yang lalu, kemudian ada workshop basic public speaking yang difasilitasi oleh Mawar Lestari. Selain itu, ada kiriman artikel dari Ilda Karwayu mengenai progres #BakuBanti terkait proses kurasi naskah untuk buku antologi debut Akademi Sastra Banggai 2022 telah dilaksanakan sepanjang Agustus lalu. Beberapa artikel lain di antaranya, “Eksploitasi Batang Pohon Pisang” oleh Alghifahri Jasin terkait performance art yang berlangsung di Rumata’, “Diskusi dan Peluncuran Buku Meneropong Manusia”.
"Kisah Penerjemahan Karya Sastra Di Masa Pandemi” dari MIWF 2022 lalu. Terakhir, kami merekomendasikan festival sastra Flores Writers Festival yang dapat diikuti melalui tautan di akhir halaman ini.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan September 2022: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Abdussalam Syukri, Ilda Karwayu, Alghifahri Jasin, Aril, Zhafirah Alda Nizaroh, Imam Khomeiny, Ifdhal Ibnu
Penerjemah: Edan Runge & Abdussalam Syukri
Art and cultural activities in the city of Makassar and in other cities have recovered by holding interesting events. At Rumata', we are slowly reorganizing various communications and collaborations that were previously hampered by the pandemic. We are extending collaborations with our community as wide as possible. For example, the People's Party, which was initiated by the Bonto Ramba Creative Youth, held a prize giving night on August 17, which took place at the Bonto tennis court. This is an important note that Rumata' has become a significant part of the Bonto area.
In addition, Bacarita Digital Session 2 also took place in Jayapura at the end of last August, followed by a basic public speaking workshop facilitated by Mawar Lestari. In addition, there was an article submitted by Ilda Karwayu regarding the progress of #BakuBanti regarding the manuscript curation process for the debut anthology book of the Banggai Literature Academy 2022 which had been carried out throughout last August. Several other articles include, "Exploitation of Banana Tree Trunks" by Alghifahri Jasin related to performance art that took place at Rumata', a Discussion and Book Launching of “Observing Humans (Meneropong Manusia)" and
"The Story of Translating Literary Works During a Pandemic” from MIWF 2022. Finally, we recommend the Flores Writers Festival which can be followed via the link at the end of this page.
We will be very happy if you are willing to be a contributor to submit writing, reviews, or even criticisms about Indonesian arts and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that a diversity of perspectives is something we can always offer.
Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Director of Programs and Partnership
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors September 2022: Rumata's team,Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Abdussalam Syukri, Ilda Karwayu, Alghifahri Jasin, Aril, Zhafirah Alda Nizaroh, Imam Khomeiny, Ifdhal Ibnu
Translator: Edan Runge & Abdussalam Syukri
Indonesia Art Movement menjadi salah satu komunitas terpilih yang mengikuti lokakarya Bacarita Digita. Setelah mengikuti rangkaian kegiatan di Makassar pada bulan Juni lalu, Indonesia Art Movement melangkah ke tahap selanjutnya, yakni produksi konten digital. Lokakarya ini berlangsung dari tanggal 27-31 Agustus di kota Jayapura dengan mentor dan co-mentor, Ratrikala Bhre Aditya dan Rahmadiyah Tria Gayathri.
The Indonesia Art Movement was one of the selected communities that participated in the Bacarita Digita workshop. After participating in a series of activities in Makassar last June, the Indonesia Art Movement moved to the next stage, namely the production of digital content. The workshop took place from 27-31 August in the city of Jayapura with mentors and co-mentors, Ratrikala Bhre Aditya and Rahmadiyah Tria Gayathri.
Komunikasi adalah kunci. Lokakarya ini mengusung gagasan belajar bersama bagaimana berbicara di depan umum. Workshop Public Speaking yang difasilitasi oleh Mawar Lestari dihadiri oleh 13 peserta dari latar belakang yang berbeda. Tujuan kegiatan ini sebagai ruang pengembangan kapasitas teman-teman komunitas untuk berbicara di depan umum, mengartikulasikan gagasan-gagasannya, dan menyebarkan visi komunitasnya. Lokakarya berlangsung selama tiga hari 19 - 21 Agustus 2022, dengan berbagai pendekatan, yakni teori dan praktik di Galeri Rumata’ ArtSpace dan halaman belakang.
Di hari pertama, para peserta diberikan teori secara umum bagaimana mempersiapkan diri ketika ingin berbicara di depan publik. Mawar Lestari menyiapkan materi menggunakan power point dengan diakhiri diskusi bersama peserta. Di hari kedua, para peserta diajak ke halaman belakang Rumata’ untuk olah vokal dan melakukan presentasi secara bergiliran.
This workshop brought the idea of learning together how to speak in public. The Public Speaking Workshop facilitated by Mawar Lestari was attended by 13 participants from different backgrounds. The purpose of this activity is to develop the capacity of community friends to speak in public, articulate their ideas, and spread their community's vision. The workshop lasted for three days, from 19 - 21 August 2022, with various approaches, namely theory and practice in the Rumata' ArtSpace Gallery and backyard.
On the first day, the participants were given a general theory of how to prepare themselves when they wanted to speak in public. Mawar Lestari prepared the material using power point and having a discussion with the participants. On the second day, the participants were invited to go to Rumata' backyard to work on their vocals and make presentations in turns.
"Seru dan ramai!”, barangkali kalimat itu yang dapat menjadi pantulan dari pesta rakyat yang berlangsung pada malam hari tanggal 26 Agustus 2022 di lapangan tenis Bonto, Gunung Sari, Makassar. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari para anak muda yang menyebut diri mereka sebagai, “Perkumpulan Pemuda Kreatif Bonto Ramba”. Mereka menyatakan bahwa kegiatan ini untuk menampung kreativitas para anak muda di kawasan itu sebagai bentuk perayaan bersama.
Berkolaborasi dengan SIKU Terpadu, Ritus Street, pesta rakyat sebelumnya mengadakan mural di lapangan tenis kemudian menyediakan panggung ekspresi dengan mengundang setiap RT/RW untuk menampilkan karyanya. Kegiatan ini dirangkaikan dengan penyerahan hadiah kepada para peserta pemenang lomba Agustus-an yang telah digelar sepekan sebelumnya. Hal ini dapat menjadi catatan penting bagaimana warga di suatu kawasan kecil di tengah kota, dapat menggelar kegiatan bersama sesuai dengan cara-cara mereka sendiri secara mandiri dan dikerjakan dengan antusias dan menyenangkan.
"Fun and busy!", perhaps that sentence can be a reflection of the people's party which took place on the night of August 26, 2022 at the Bonto tennis court, Gunung Sari, Makassar. This activity is an initiative of a group of young people who call themselves the “Bonto Ramba Creative Youth Association”. They stated that this activity was to accommodate the creativity of young people in the area and as a form of joint celebration.
Collaborating with groups SIKU Terpadu and Ritus Street, the people’s party produced a mural at the tennis court and then provided a stage for expression by inviting each local group to display their work. This activity was coupled with the presentation of prizes by the winners of the August competition which had been held a week earlier. This can be an important record of how residents in a small area in the middle of the city, can hold joint activities according to their own ways independently and do it with enthusiasm and fun.
Campus Cinema: A Place to Appreciate Makassar's Film Works
LFM UNHAS, Makassar – Unit Kegiatan Mahasiswa Liga Film Mahasiswa Universitas Hasanuddin menggelar acara screening film bertajuk “Bioskop Kampus 2022” pada Sabtu – Minggu 27-28 Agustus 2022. Acara ini diselenggarakan untuk menyajikan wadah apresiasi kepada karya – karya anak muda makassar dalam bidang perfilman.
Acara ini diadakan di Rumata’ Artspace dan dihadiri oleh kurang lebih 300 orang saat berlangsungnya acara. Acara ini dilakukan dengan tujuan sebagai ajang apresiasi kepada karya sineas muda Makassar serta sebagai ajang temu sapa serta ajang silaturahmi untuk saling bertukar pikiran dan ide di dunia perfilman Makassar.
LFM UNHAS, Makassar - The Student Union of the Student Film League of Hasanuddin University held a film screening event titled "Campus Cinema 2022" on Saturday and Sunday 27-28 August 2022. This event was held to present an appreciation of the works of young Makassarese people in the film sector.
This event was held at Rumata' Artspace and was attended by approximately 300 people during the event. This event was carried out with the aim of being an appreciation for the work of young Makassar filmmakers as well as a meet and greet event and a gathering place to exchange ideas and ideas in the Makassar film industry.
Program #BakuBantu: Seputar Kurasi Naskah ASB dan Kurasi Panelis FSB
#BakuBantu Program: Regarding ASB Manuscript Curation and FSB Panelist Curation
Oleh: Ilda Karwayu
Juni dan Juli merupakan bulan perguliran dana di program #BakuBantu. Rumah Baca Nusa (RBN) dan Penerbit Akasia fokus melakukan proses pengembalian sembari tetap berkabar perihal langkah-langkah usaha yang dijalani masing-masing. Berbeda dari keduanya, Komunitas Babasal Mombasa, yang Juli lalu telah menerima dana bergulir, kini tengah sibuk melakukan kerja kurasi untuk Akademi Sastra Banggai (ASB) dan Festival Sastra Banggai (FSB).
Kurasi naskah untuk buku antologi debut Akademi Sastra Banggai 2022 telah dilaksanakan sepanjang Agustus lalu. Dari 14 peserta yang terlibat, tim kurator memilih sekitar delapan penulis yang karyanya ditentukan layak untuk masuk dalam buku antologi bersama tersebut. Terdapat tiga penulis yang masuk ke dalam tim kurator, Ama Achmad, Neni Muhidin, dan Reza Nufa. Ketiganya merupakan penulis, aktivis, dan editor yang telah lama bergerak di dunia perbukuan.
By Ilda Karwayu
June and July are the months for the distribution of funds in the #BakuBantu program. Rumah Baca Nusa (RBN) [The People’s Reading House] and Publisher Acacia are focused on carrying out the distribution process while staying informed about the business steps they have taken. Apart from those two organisations, the Babasal Mombasa Community, which last July received a revolving fund, is now busy doing curation work for the Banggai Literature Academy (ASB) and the Banggai Literary Festival (FSB).
The curation of manuscripts for the debut anthology book of the Banggai Literature Academy 2022 was carried out throughout last August. From the 14 participants involved, the curator team selected about eight authors whose works were determined to be eligible to be included in the joint anthology book. There are three writers on the curator team, Ama Achmad, Neni Muhidin, and Reza Nufa. All three are writers, activists, and editors who have been in the world of books for a long time.
Makassar International Writer Festival (MIWF) yang diadakan oleh Rumata’ Artspace dengan tema “Awakening” ada 23-26 Juni 2022 lalu memiliki kesan tersendiri bagi Ahmad Muzammil dan Wahyuni (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Makassar/UINAM) mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek kolaborasi bersama Evelyn Lee, mahasiswi jurusan Creative Writing and Literature, Swinburne University of Technology Australia.
Proyek yang dilatarbelakangi keresahan akan kurangnya sumber literasi terutama cerita rakyat daerah. Proyek ini merupakan kolaborasi menulis dengan menitikberatkan pada cerita rakyat daerah yang tidak terkenal atau belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Makassar International Writers Festival (MIWF) was held by Rumata' Artspace with the theme "Awakening" from 23rd – 26th June 2022 giving a special impression to Muzammil and Wahyuni ( English and Literature students from Alauddin Islamic State University/ UINAM). They had an opportunity to participate in project collaboration with Evelyn Lee, a student majoring in Creative Writing and Literature, at the Swinburn University of Technology Australia.
They were motivated to begin this project by the lack of literacy resources, especially for regional folklore. This writing collaboration emphasizes folktales that are not widely known by the public.
Eksploitasi Batang Pohon Pisang
Oleh: Alghifahri Jasin
Sebagian orang-orang kota barangkali membenci awal pekan. Lalu-lalang kejengkelan pengendara jalan tak pernah pu-tu-s-pu-t-us. Klakson dibalas teriakan. Teriakan dibalas klakson. Melintasi jalan pukul 5 sore seperti melihat lautan kendaraan. Makassar yang saya sadari sudah sibuk dan sesak. Setiap kali melihat situasi itu saya percaya antrean kendaraan ini semakin bertambah.
Tujuan saya saat itu menghadiri undangan terbuka Rekonsiliasi Daya. Sebuah performance dari Rachmat Hidayat Mustamin. Acara pertunjukan berada di Rumata’ Art Space sekitar 19 KM dari tempat saya tinggal. Dalam undangan, acara dimulai 19.30. Saya terlambat tiba 10 menit dari waktu acara. Belum banyak penonton yang datang. Andai kemacetan dapat ditawar, tepat waktu tak lagi menjadi hantu di kepala saya. Rachmat menyambut, menawarkan minuman. Tak ada pembukaan atau basa-basi sambutan seperti acara-acara pemerintah. Pertunjukan mulai pukul 19.52.
By: Alghifahri Jasin
Some city folks probably hate the start of the week. The aggravation of road ragers never ceases to pass. The horn responded by shouting. Shouts are answered by horns. Crossing the road at 5pm is like seeing a sea of vehicles in Makassar, which I realized was already so busy and congested. Every time I see this situation I believe the line of vehicles is getting bigger.
My goal at that time was to attend the open invitation to Power Reconciliation. A performance from Rachmat Hidayat Mustamine. The show is at Rumata' Art Space about 19 KM from where I live. In the invitation, it said the event starts at 19.30. I arrived 10 minutes late for the event. Not many spectators came. If traffic jams can be negotiated, punctuality will no longer be a ghost in my head. Rachmat welcomed guests, offered them a drink. There was no opening or greeting like government events. The show started at 7:52 PM.
MIWF 2022, Diskusi dan Peluncuran Buku Meneropong Manusia
Oleh: Aril
Sulawesi MAKASSAR – Festival literasi terbesar di Indonesia Timur, Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022, kembali hadir pada 23-26 Juni 2022 dengan mengangkat tema Awakening, menampilkan salah satu agenda, diskusi dan peluncuran buku “Meneropong Manusia Sulawesi” yang ditulis oleh Eko Rusdianto
Ilda Karwayu, pembahas yang telah menuntaskan membaca buku karya Eko ini membuka acara dengan berbagi perspektif dan impresinya pada buku tersebut.
By: Aril
Sulawesi MAKASSAR – The largest literacy festival in Eastern Indonesia, Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022, returned on 23-26 June 2022 with the theme Awakening. It featured discussions and the launch of the book "Observing the Sulawesi People (Meneropong Manusia Sulawesi)" written by Eko Rusdianto.
Ilda Karwayu, the speaker who has finished reading Eko's book, opened the event by sharing her perspectives and impressions on the book.
Kisah Penerjemahan Karya Sastra Di Masa Pandemi
Oleh: Zhafirah Alda Nizaroh
MAKASSAR – Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022, mengangkat salah satu program Penerjemahan Karya Sastra di Masa Pandemi: Kisah dari Malaysia, China, Jepang dan Indonesia, digelar pada hari ke-2. Program ini menghadirkan Ronny Agustinus, Agustinus Wibowo, Julia Anne dan Andry Setiawan selaku pembicara dan Irmawati sebagai moderator.
Andry sebagai perwakilan dari penerbit Haru yang berfokus menerbitkan karya dari jepang, korea selatan dan Tiongkok mengungkapkan perjalanan penerbit Haru awalnya berdiri untuk menerbitkan karya sendiri atau self publishing namun setelah berjalan beberapa waktu, korea yang saat itu memiliki tingkat minat yang tinggi dari aspek drama hingu musiknya. Namun, novel korea yang terjemahan Indonesia masih sangat sulit ditemukan. Seiring berjalannya waktu, peminat novel terjemahan akhirnya bisa sebanding dengan peminat drama korea.
By: Zhafirah Alda Nizaroh
MAKASSAR – Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022 highlighted one of the Literary Translation programs during the Pandemic: Stories from Malaysia, China, Japan and Indonesia, on the festival’s 2nd day. This program presented Ronny Agustinus, Agustinus Wibowo, Julia Anne and Andry Setiawan as speakers and Irmawati as moderator.
Andry, a representative of publisher, Haru, which focuses on publishing works from Japan, South Korea and China, revealed that Haru's journey was initially established to publish his own works or self-publishing. After some time, Andry began to focus on Korea, which at that time had a high level of interest in the musical aspect of Hingu drama. However, Korean novels with Indonesian translations are still very difficult to find. Over time, fans of translated novels will finally be comparable to fans of popular Korean dramas.
BUNYI BUNYI PERHALAMAN: DARI MUSIC SHOWCASE SAMPAI KONSER ALBUM (2014 – 2015 - 2016)
Oleh Imam Khomeiny
Pada 2014 lalu, Vonis Media bersama dengan Rumata’ ArtSpace menggelar sebuah music showcase bertajuk ‘Bunyi Bunyi Perhalaman’ yang diagendakan secara simultan, sebagai bentuk respon atas situasi dan kondisi musik di kota Makassar yang pada era itu semakin berkembang dan beragam. Tidak hanya bertemakan hiburan dan pertunjukan musik saja, semangat utama dari Bunyi Bunyi Perhalaman adalah menghadirkan ruang untuk berdialog tentang musik dan berbagai macam hal di dalamnya, seperti diskusi seputar karya, ide atau gagasan dalam bermusik, dan menitik beratkan para musisi di dalamnya untuk lebih leluasa berbagi karya dan ide mereka ke dalam ruang yang lebih terbuka, interaktif dan santai. Selain menyajikan musisi, acara tersebut juga menghadirkan seniman visual seperti perupa, pelukis, graffiti, videomap, animator dan lainnya untuk berkolaborasi dan tampil bersama musisi yang bersangkutan, juga ada lapakan rilisan fisik dari berbagai macam jenis musik.
By Imam Khomeiny
In 2014, Vonis Media together with Rumata' ArtSpace held a music showcase titled ‘Sounds of the Page' which was scheduled simultaneously, as a response to the growing and diverse condition of music in the city of Makassar. Apart from the theme of entertainment and musical performances, the main aim of ‘Sounds of the Page’ is to provide a space for dialogue about music and various things relevant to it, such as discussions about works or ideas in making music, and emphasises that musicians should be more able to speak freely and share their work and ideas in a more open, interactive and relaxed space. In addition to presenting musicians, the event also presents visual artists such as artists, painters, graffiti artistsi, videomappers, animators and others to collaborate and perform with the musicians concerned, as well as displays documenting releases of various types of music.
Pameran Foto “FACES” Melihat Dunia Dari Wajah-wajahnya.
Oleh Imam Khomeiny
Pameran Karya Sofyan Syamsul dan Koleksi Japan Foundation Jakarta | Rumata’ ArtSpace, 21 Oktober – 4 November 2016. Pemikiran mengadakan pameran ini adalah sederhana, kami ingin mengenang wajah. Kami bekerja dengan banyak sekali orang-orang berbakat dan berdedikasi dalam dunia film dan ada seorang pemotret yang merekam wajah-wajah ini selama hampir 5 tahun terakhir. Sofyan melakukan sesuatu yang lebih jauh dari sebuah pendokumentasi visual. Ia merekam berbagai perasaan para subyeknya tentang keberadaannya di kota ini.
FLORES WRITERS FESTIVAL 2022, MEMBACA SEJARAH KOTA, MEMBANGUN KECINTAAN PADA KAMPUNG HALAMAN
FLORES WRITERS FESTIVAL 2022, READING THE CITY’S HISTORY, BUILDING LOVE FOR THE HOMETOWN
Tahun 2021, Flores Writers Festival pertama kali digelar di Ruteng. Mengusung tema Ludung Wa Mai Tanan: Bertunas dan Berakar dari Dalam Tanahnya, festival ini berpijak pada kata kunci ‘tanah’ untuk merefleksikan kembali gagasan dan pengetahuan lokal tentang tanah serta pertumbuhan ekosistem literasi dan sastra di Flores.
Perhelatan pertama ini membicarakan berbagai subtema antara lain soal filosofi tentang tanah menurut orang Manggarai dan irisannya dengan konflik tanah yang dipercepat oleh pembangunan berbasis pariwisata, tanah dan ekologi, tanah dan sejarah, dongeng-dongeng tentang tanah, dan kisah-kisah personal penulis mengenai rumah serta keluarga.
In 2021, the first Flores Writers Festival was held in Ruteng. Carrying the theme Ludung Wa Mai Tanan: Sprouts and Roots from the Land. This festival is based on the keyword 'land' to reflect back on local ideas and knowledge about land and the growth of the literacy and literary ecosystem in Flores.
This first event discussed various sub-themes, including the philosophy of land according to the Manggarai people and their intersection with land conflicts that were accelerated by tourism-based development, land and ecology, land and history, fairy tales about land, and authors’ personal stories about homes and family.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia