Kami kembali mengabarkan nawala edisi Juli 2024 kepada Sahabat Rumata’, seputar informasi mengenai program-program dan agenda dari Rumata’ dalam sebulan terakhir.
Sahabat Rumata’ sudah bisa menyimak kumpulan artikel dan berita dari rangkaian program MIWF dan SEAScreen 2024, mulai dari berita tentang wawancara dengan Ilona Mcguire dengan tajuk ‘Sea To See’, menyusuri jalanan Kota Daeng melalui “Riding with Stories”, pertunjukan teater transendental nan inklusif oleh ‘SAPA’, artikel ‘Distance Longing : Kisah Penyintas Penculikan Anak-Anak oleh Militer Indonesia saat Konflik Timor Leste’ dan berita lainnya seputar rangkaian pagelaran program di MIWF 2024.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam, dan selamat membaca!
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Penulis Bulan Juli 2024: Tim Rumata', Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami
Penerjemah: PMA
We are back, sharing with you the July 2024 issue of the newsletter, we bring you the latest news and updates on Rumata's programs and agenda.
Now, you can read a collection of articles and news from the series of programs at MIWF and SEAScreen 2024. These include an interview with Ilona McGuire titled "Sea To See," exploring the streets of Kota Daeng through "Riding with Stories," a transcendental and inclusive theater performance by SAPA, the article "Distance Longing: The Story of Child Abduction Survivors by the Indonesian Military during the East Timor Conflict," and other news surrounding the events at MIWF 2024.
We would greatly appreciate it if you would be willing to contribute by submitting articles, reviews, or even critiques about Indonesian art and culture, particularly in East Indonesia. We believe that we can always work to foster a wide range of viewpoints.
Thank you for reading, and best regards!
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships, Rumata’ ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors July 2024: Rumata's team, Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Ifdhal Ibnu
Translator: PMA
Aktivis Papua : Kami Ingin Semua Anak Papua Bisa Membaca
Papua Activists: We Want All Papuan Children to Be Able to Read
Empat aktivis asal Papua membawa kabar terkini tentang situasi Bumi Cendrawasih dalam diskusi panel yang diwadahi oleh Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 di Museum I La Galigo, Sabtu (25/5/2024).
Mereka yakni Aktivis sekaligus akademisi perempuan Papua, Dominggas Nari; Guru sekaligus penulis Papua Gody Usnaat; Aktivis Gender Esther Haluk; Aktivis Pendidikan Dayu Rifanto. Diskusi ini dipandu oleh Fahri Salam, Wartawan dan editor Project.
Selama dua jam diskusi. Mereka banyak bercerita bagaimana sulitnya akses Pendidikan dan akses Kesehatan di sana. Belum lagi, kondisi konflik semakin memperkeruh situasi. “Bagaimana kami bisa nyaman, kalua tantara dimana-mana bahkan di sekolah-sekolah,” kata Esther.
Four activists from Papua shared the latest updates on the situation in the Land of Cendrawasih during a panel discussion hosted by the Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 at the Museum I La Galigo on Saturday, May 25, 2024.
The panelists included Papuan activist and academic Dominggas Nari, teacher and writer Gody Usnaat, gender activist Esther Haluk, and education activist Dayu Rifanto. The discussion was moderated by Fahri Salam, journalist and editor of Project.
Over the course of the two-hour discussion, they talked extensively about the difficulties in accessing education and healthcare in Papua. The ongoing conflict further exacerbates the situation. "How can we feel at ease when there are soldiers everywhere, even in schools," said Esther.
Menyusuri Jalanan Kota Daeng Melalui “Riding with Stories” MIWF 2024
Exploring the Streets of Kota Daeng through "Riding with Stories" at MIWF 2024
Riding with stories “Menyusuri Cerita Kiri Depan, Daeng Bersama Teman Bus” jadi salah satu program di helatan Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2024 yang berlangsung di Benteng Rotterdam, Kota Makassar, Sabtu (25/5/2024).
Dalam kegiatan ini, sejumlah peserta yang tersebar dalam 4 bus milik Teman Bus menyusuri Kota Makassar. Adapun rute riding tersebut ialah Benteng Rotterdam – Panakkukang Square – Celebes Convention Center – Benteng Rotterdam.
Dalam perjalanan menyusuri Kota Daeng, para penumpang bus diajak berbincang-bincang mengenai mobilitas Kota Makassar bersama para kontributor buku Kiri Depan, Daeng.
"Riding with Stories," one of the programs at the Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024, took place at Fort Rotterdam, Makassar, on Saturday, May 25, 2024. The event, titled "Exploring Left Front Stories, Daeng with Teman Bus," featured participants touring Makassar in four Teman Bus vehicles.
The route for this ride was Fort Rotterdam – Panakkukang Square – Celebes Convention Center – Fort Rotterdam.
During the journey through Kota Daeng, bus passengers engaged in discussions about the mobility of Makassar with contributors to the book "Left Front, Daeng."
SAPA A Silent Experimental Theater: Pertunjukan Teater Transendental nan Inklusif
SAPA A Silent Experimental Theater: A Transcendental and Inclusive Performance
Sufi, seorang pemuda dengan kardus di tangannya. Ia berjalan diiringi nada-nada minor alunan piano dan biola. Ia Menaruh kardus di lantai pualam. Menampilkan ekpresi-ekpresi kehampaan. Ia diperankan oleh Jasni Fizul.
Teater SAPA adalah sebuah teater garapan Main Teater asal negeri Jiran Malaysia yang dilakonkan tanpa dialog. Teater ini senyap dan hanya mengandalkan pendalaman karakter ekspresif yang tinggi untuk menyampaikan maksud dan pesan pertunjukannya.
Teater ini merupakan alih wahana dari puisi-puisi karya Mosyuki Borhan dari Rukun Ranah Poetry Book yang membahas tentang hubungan emosional dengan seseorang, yang ada atau yang sudah tiada.
Sufi, a young man with a cardboard box in his hand, walks accompanied by the minor tones of a piano and violin. He places the box on the marble floor, displaying expressions of emptiness. Sufi is portrayed by Jasni Fizul.
SAPA Theater is a production by Main Theater from Malaysia, performed without dialogue. This silent theater relies solely on highly expressive character development to convey its meaning and message.
This theater piece is an adaptation of poems by Mosyuki Borhan from the *Rukun Ranah Poetry Book*, which explores emotional connections with someone, whether they are present or have passed away.
MIWF 2024 Tingkatkan Pengetahuan Kaum Muda Lewat Kuis Isu Lingkungan
Makassar Book Party x Bollo.id, PM, Trend Asia dan Mongabay hadirkan keseruan kuis Kahoot tentang isu-isu lingkungan kepada kaum muda di Makassar Internasional Writers Festival di Taman Baca MIWF, Fort Rotterdam, Minggu (26/5/2024).
Youth Outreach Official Mongabay, Lucia Arumingtyas, mengungkapkan bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan pengetahuan serta pemahaman para peserta terkait isu-isu lingkungan yang berada di sekitar mereka.
Sea to See: Interview with Ilona McGuire
Pada 14 Juni lalu, Ilona McGuire melakukan presentasi publiknya berupa pertunjukan 'Sea to See' di halaman belakang Rumata' ArtSpace. Ilona adalah seorang seniman Bibbulmun Noongar dan Kungarakan (Bangsa Pertama 'Australia') yang terpilih mengikuti program pertukaran seniman Breeze: Makassar - Perth dari PICA yang bekerja sama dengan FSD UNM dan Rumata' ArtSpace dan didukung oleh Project Eleven. Karya-karyanya banyak mengeksplorasi tentang sejarah, ekspresi emosional melalui pertunjukan, dan karya visual menggunakan pendekatan lensa budayanya.
"Sea to See' adalah sebuah performans kolaboratif dalam rangka melestarikan hubungan serta warisan sejarah dan budaya maritim antara Makassar dengan Australia Barat yang berkolaborasi dengan seniman Makassar yaitu Alghifari Jasin, Syakirah, Andi Nur Azimah, Arif Daeng Rate, Hirah Sanada, Muhammad Mahar, dan Andi Sukran.
Berikut wawancara tim newsletter Rumata' Khomeiny Imam bersama Ilona di halaman belakang Rumata' ArtSpace.
On June 14, Ilona McGuire had her public presentation of her performance 'Sea to See' in the backyard of Rumata' ArtSpace. Ilona is a Bibbulmun Noongar and Kungarakan (Australian First Nation) artist who was selected for the Breeze artist exchange program: Makassar - Perth from PICA in collaboration with FSD UNM and Rumata' ArtSpace and supported by Project Eleven. His works explore history, emotional expression through performance, and visual works using his cultural lens approach.
'Sea to See' is a collaborative performance in order to preserve the relationship and heritage of maritime history and culture between Makassar and Western Australia in collaboration with Makassar artists Alghifari Jasin, Syakirah, Andi Nur Azimah, Arif Daeng Rate, Hirah Sanada, Muhammad Mahar, and Andi Sukran.
The following is an interview with Rumata' newsletter team Khomeiny Imam with Ilona in the backyard of Rumata' ArtSpace.
Distance Longing : Kisah Penyintas Penculikan Anak-Anak oleh Militer Indonesia saat Konflik Timor Leste
Distance Longing: The Story of Child Abduction Survivors by the Indonesian Military during the East Timor Conflict
Stolen Children, atau Labarik Lakon merupakan kasus penculikan anak-anak timor leste saat konflik Indonesia-Timor Leste terjadi. Kasus ini diduga didalangi oleh militer Indonesia yang menggunakan anak-anak untuk Tenaga Bantuan Operasional (TBO). Pada akhirnya, anak-anak tersebut hilang dan dibawa ke Indonesia yang notabene diduga meninggal oleh keluarga.
Saksi hidup penyintas TBO, Jose Ximenes mengungkapkan bahwa dirinya mengingat tugas-tugas yang diberikan militer Indonesia. Mulai dari kebutuhan harian, hingga kebutuhan perang semua harus dilakukan walaupun berat. Tidak ada pilihan menghindar saat itu, ABRI memiliki kekuatan militer di Timor Leste.
"Sebagai korban, dibawa tentara, tahun 75-79. Kemudian ke Sulawesi. TBO itu sangat berat, siapkan air, masak, senjata yang disiapkan untuk perang, pokoknya apapun yang diperintahkan dilakukan. Kami tidak bisa apa-apa, TBO sangat beresiko, terutama dalam kondisi perang. Harus ikut sama tentara,” ungkap Jose di Benteng Rotterdam, Sabtu 25 Mei 2024.
Stolen Children, or *Labarik Lakon*, refers to the cases of child abductions during the Indonesia-East Timor conflict. These abductions were allegedly orchestrated by the Indonesian military, which used the children for Operational Assistance (TBO). Eventually, these children went missing and were taken to Indonesia, where their families presumed them dead.
Jose Ximenes, a TBO survivor, recounted his memories of the tasks assigned by the Indonesian military. From daily needs to wartime necessities, everything had to be done, no matter how difficult. There was no choice to avoid these tasks, as ABRI had significant military power in East Timor.
"As a victim, I was taken by soldiers from 1975-79 and then to Sulawesi. Being a TBO was very hard. We had to prepare water, cook, and handle weapons for war—basically, anything they ordered. We couldn't do anything about it. Being a TBO was extremely risky, especially during wartime. We had to follow the soldiers," Jose revealed at Fort Rotterdam on Saturday, May 25, 2024.
Revisiting Eastern Indonesian Cinema Through Sineria Online Talk 2021
Inisiatif-inisiatif pewacanaan film dari berbagai wilayah di Indonesia mulai bermunculan di masa pandemi. Mulai dari Jakarta hingga Kupang, Makassar hingga Aceh maupun Jayapura hingga Belitung. Kegiatan-kegiatan diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh berbagai lembaga & komunitas film akar rumput secara independen.
Program SEA-Talk merupakan inisiatif dari Rumata’ ArtSpace-SEAscreen Academy yang membahas mengenai isu-isu terkini dari berbagai kawasan Timur dalam konteks film Indonesia secara luas. Pembahasannya mencakup perumusan wacana kritis berbasis kontekstual serta lebih jauh melihat kondisi film di masa depan.
Tonton percakapan perihal sinema di kawasan Indonesia Timur bersama Komunitas Film Kupang di kanal Youtube Rumata’ ArtSpace.
Initiatives for filmmaking from various regions in Indonesia began to emerge during the pandemic. From Jakarta to Kupang, Makassar to Aceh and Jayapura to Belitung. Activities are organized by the government as well as by various grassroots film institutions & communities independently.
The SEA-Talk program is an initiative of Rumata' ArtSpace-SEAscreen Academy that discusses current issues from various Eastern regions in the context of Indonesian film at large. The discussion includes the formulation of contextual-based critical discourse and further looks at the condition of film in the future.
Batang-Batang Rupama: Pertunjukan Lintas Media
Batang-Batang Rupama: A Cross-Media Performance
20-21 Juli 2024, pukul 19.30 WITA. Echalote, Jalan A.P Pettarani nomor 80, Makassar
Masterclass Pengembangan Skenario Original Series (SCENE) 2024.
Original Series Screenplay Development Masterclass (SCENE) 2024.
iapkan ide cerita terbaik kalian untuk ikut serta di Masterclass Pengembangan Skenario Original Series (SCENE) 2024.
Prepare your best story ideas to participate in the 2024 Original Series Screenplay Development Masterclass (SCENE).
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia