Kami kembali mengabarkan informasi kegiatan di Rumata’ ArtSpace. Awal tahun ini, MIWF telah mengumumkan kurator dan tema untuk pelaksanaannya di bulan Mei 2024, yaitu “m/othering”. Selain itu, ada kunjungan dari Pak Todd Dias, selaku Konsulat Jenderal Australia di Makassar untuk melanjutkan program kerjasama dengan Rumata’, termasuk diantaranya ialah residensi BREEZE bersama PICA (Perth Institute of Contemporary Art. Selain itu, juga ada Katalog Penutup 2023 Rumata': Ramah Tamah Seniman dan Filmmaker Bersama Duta Besar Prancis dan Kunjungan Ibu Christine Hakim.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan Januari 2024: Tim Rumata', Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Ifdhal Ibnu, Cantika, Ashrawi Muin.
Penerjemah: Edan Runge
We are pleased to provide information on activities at Rumata’ ArtSpace. Earlier this year, MIWF (Makassar International Writers Festival) announced the curator and theme for its implementation in May 2024, which is "m/othering." Additionally, there was a visit from Mr. Todd Dias, the Consul General of Australia in Makassar, to continue the collaborative program with Rumata', including the BREEZE residency with PICA (Perth Institute of Contemporary Art). Furthermore, there was the Closing Catalog of Rumata' 2023: A Gathering of Artists and Filmmakers with the French Ambassador and the visit of Ms. Christine Hakim.
We would be delighted if you are willing to contribute by submitting articles, reviews, or even critiques on Indonesian art and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that the diversity of perspectives is one of the luxuries we can continuously cultivate.
Best regards, and happy reading!,
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships for Rumata' ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors January 2024: Rumata's team, Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, fdhal Ibnu, Cantika, Ashrawi Muin.
Penerjemah: Edan Runge
Mengangkat Tema 'm/othering': MIWF Digelar Mei 2024
Taking the theme 'm/othering': MIWF to be held in May 2024
Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali hadir dengan memperkenalkan tema barunya 'm/othering'. Memasuki perhelatan yang ke 24, MIWF rupanya datang lebih cepat di bulan yang lebih dekat. Jika pagelaran sebelumnya MIWF selalu diadakan di bulan Juni, kali ini MIWF 2024 akan digelar pada 23-26 Mei mendatang.
Seiring pertumbuhannya, MIWF selalu berupaya hadir untuk mendorong kesadaran dalam menciptakan dan merawat semangat dan nilai-nilai yang egaliter, ekologis dan inklusif pada setiap agenda-agendanya. Kali ini, kedatangan MIWF bersama tema 'm/othering' menjadi upaya bagaimana menumbuhkan kesadaran akan penting dan mendesaknya percakapan perihal gagasan dan tindakan ‘merawat’ atau ‘mengasuh’ di tengah berbagai persoalan hidup saat ini.
Makassar International Writers Festival (MIWF) returns in 2024, introducing its new theme 'm/othering'. Entering its 24th event, MIWF seems to be arriving faster as it will be held earlier this year. Previous MIWF performances were always held in June, this time MIWF 2024 will be held on May 23-26.
As it grows, MIWF always strives to be present to encourage awareness in creating and maintaining an egalitarian, ecological and inclusive spirit and values in all of its agendas. This time, MIWF's arrival with the theme 'm/othering' is an effort to raise awareness of the importance and urgency of conversations regarding the ideas and actions of 'caring' or 'nurturing' in the midst of various problems we face in life today.
Menuju Hari Raya Sastra dan Literasi: MIWF 2024 Resmi Umumkan Tiga Nama Kurator
Approaching the Festival of Literature and Literacy: MIWF 2024 Officially Announces Names of Three Curators
Baru-baru ini, Makassar International Writers Festival (MIWF) resmi mengumungkan tiga nama penulis yang telah diangkat sebagai kurator untuk perhelatannya di tahun ini. Petanda bahwa hari raya sastra dan literasi di kawasan Indonesia Timur itu sudah dekat. Bersama M. Aan Mansyur sebagai direktur dan co-direktur Ilda Karwayu, kali ini MIWF mempertemukan tiga nama penulis dan editor yang berasal dari Kupang Nusa Tenggara Timur dan Barru Sulawesi Selatan yang akan bertugas sebagai kurator MIWF 2024, mereka adalah Margareth Ratih Fernandez, A. Nabil Wibisana dan Mariati Atkah.
MIWF adalah festival sastra dan literasi tahunan di Makassar yang dimulai sejak tahun 2011, selalu hadir dengan segenap kejutan pada tiap perhelatannya. Mulai dari kurator, tema acara, penulis yang didatangkan, program, konsep panggung, hingga kejutan yang datang melalui penampil yang akan mengisi acara dengan beragam pentas dan kolaborasi.
Seperti yang terjadi pada perhelatan MIWF di tahun lalu, salah satu kurator yaitu Theoresia Rumthe tidak hanya menjajal panggung MIWF sebagai kurator dan penulis, melainkan beliau juga berbagi nada dan suara bersama band folkpop asal Makassar Kapal Udara, yang berhasil menyulap suasana panggung MIWF 2023 yang temaram berubah menjadi keintiman yang begitu energik. Atau penampilan dari Abdi Karya, seniman pertunjukan yang berhasil mencuri tepuk tangan dan sorak yang meriah dari penonton ketika berimprovisasi dan bermain-main dengan seorang anak kecil yang tiba-tiba saja naik ke atas panggung.
Recently, the Makassar International Writers Festival (MIWF) officially announced the names of three writers who have been appointed as curators for this year's event. A sign that the holiday of literature and literacy in the Eastern Indonesia region is approaching. Together with M. Aan Mansyur as director and co-director Ilda Karwayu, in 2024, MIWF will bring together three writers and editors from Kupang, East Nusa Tenggara and Barru, South Sulawesi, who will serve as curators of MIWF 2024. They are Margareth Ratih Fernandez, A. Nabil Wibisana and Mariati Atkah.
MIWF is an annual literature and literacy festival in Makassar which started in 2011, always bringing surprises at each event. Starting from the curator, the theme of the event, the writers brought in, the program, the stages, to the surprises that come from the performers who will fill the event with various performances and collaborations.
As happened at the MIWF event last year, when one of the curators, Theoresia Rumthe, not only tried out the MIWF stage as a curator and writer, but also shared her voice with the folkpop band from Makassar, Kapal Air, who succeeded in conjuring up an energetic and intimate atmosphere on a dimly lit MIWF 2023 stage. Or the performance of Abdi Karya, a performance artist who succeeded in generating applause and loud cheers from the audience when he improvised and played with a small child who suddenly came up onto the stage.
Membuka Kembali Potensi Kerja Sama: Konsulat-Jenderal Australia Berkunjung ke Rumata'
Reopening the Potential for Cooperation: Australian Consulate-General Visits Rumata'
Rumata' ArtSpace kedatangan Konsulat-Jenderal (Konjen) Australia, Todd Dias pada Jumat siang (11/1). Kedatangan tersebut merupakan agenda kunjungan untuk membuka potensi serta kemungkinan kerja sama lagi antara Rumata' ArtSpace dan Konjen Australia dengan MIWF, Makassar Seascreen atau program-program Rumata’ yang lain.
Dalam kunjungan itu, Todd Dias menyempatkan berkeliling ke dalam galeri didampingi oleh Rachmat Mustamin sebagai Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace, sembari mengobrol dan menanyakan seputar kegiatan-kegiatan yang ada di Rumata', mulai dari program yang diinisiasi oleh Rumata', pameran oleh mahasiswa hingga pemutaran film.
Saat memasuki galeri, peta Australia adalah pajangan pertama yang dilihat oleh Todd Dias. Setelah tahu jika itu adalah peta Australia yang selalu terpajang di situ, ia lalu membagikan ceritanya tanpa sungkan tentang tempat di mana ia lahir, dan menjelaskan hal-hal seputar geografis Australia pada peta itu.
Setelah berkeliling dari galeri, lalu ke kantor, kunjungan itu dilanjutkan dengan meminum kopi di halaman belakang sembari melanjutkan obrolan tentang kopi dan film. Selain membahas hubungan kemitraan, kunjungan tersebut juga memuat beragam topik hangat dan menarik.
Harapan Rumata' ArtSpace setelah kunjungan itu, semoga ada kegiatan lain yang bisa dikerjakan bersama antara Rumata' ArtSpace dan Konsulat-Jenderal Australia di Makassar selain PICA Perth.
Rumata' ArtSpace welcomed the Australian Consulate-General (Consul General), Todd Dias on Friday afternoon (11/1). This visit aimed to open up the potential and possibility of further collaboration between Rumata' ArtSpace and the Australian Consul General with MIWF, Makassar Seascreen or other Rumata' programs.
During the visit, Todd Dias took the time to tour the gallery accompanied by Rachmat Mustamin as Director of Programs and Partnerships at Rumata' ArtSpace, while chatting and asking about the activities at Rumata', starting from programs initiated by Rumata', exhibitions by students to film screenings.
Upon entering the gallery, a map of Australia was the first display Todd Dias saw. After finding out that it was a map of Australia that was always displayed there, he then shared his story without hesitation about the place where he was born, and explained things about Australia's geography on the map.
After touring the gallery and offices, the visit led to coffee in the backyard and discussions about coffee and films. Apart from discussing partnership relations, the visit also included various hot and interesting topics.
Rumata' ArtSpace's hope after the visit is that there are other activities that can be carried out jointly between Rumata' ArtSpace and the Australian Consulate-General in Makassar besides PICA Perth.
Katalog Penutup 2023 Rumata': Ramah Tamah Seniman dan Filmmaker Bersama Duta Besar Prancis
Rumata' 2023 Closing Catalog: Greetings between Artists and Filmmakers with the French Ambassador
Pada pertengahan Desember 2023 lalu, Rumata' ArtSpace menyambut kedatangan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Fabien Penone pada Selasa malam (19/12). Agenda itu merupakan ramah tamah bersama para seniman dan filmmaker di Makassar, sekaligus mengobrol seputar peluang kolaborasi di antara mereka.
Kedatangan Duta Besar Prancis tersebut juga menjadi momen bagi para seniman, kolektif, dan filmmaker yang hadir untuk saling memperkenalkan profilnya. Di antara mereka ada Kinefilia, Hore Pictures, Siku Ruang Terpadu, Tanah Indie, Kedai Buku Jenny, Titik Temu, Waesinema, Prolog Studio, juga beberapa seniman dan penulis seperti Alghifahri Jasin, Aan Mansyur dan Ibe S Palogai. Momen itu sekaligus menjadi katalog penutup tahun 2023 galeri Rumata' menuju pergantian tahun 2024.
In mid-December 2023, Rumata' ArtSpace welcomed the arrival of the French Ambassador to Indonesia, Timor Leste and ASEAN, Fabien Penone on Tuesday evening (19/12). The agenda was a friendly gathering with artists and filmmakers in Makassar, as well as chatting about collaboration opportunities between them.
The arrival of the French Ambassador was also a moment for the artists, collectives and filmmakers present to introduce each other's profiles. Among them were Kinefilia, Hore Pictures, Siku Ruang Terpadu, Tanah Indie, Kedai Buku Jenny, Titik Temu, Waesinema, Prolog Studio, as well as several artists and writers such as Alghifahri Jasin, Aan Mansyur and Ibe S Palogai. This moment also served as the closing catalog for 2023 for the Rumata' gallery towards the turn of 2024.
50th The Journey of Christine Hakim
Makassar (15/12/23) – Dalam rangka merayakan setengah abad Christine Hakim berkarya di industri film, Rumata’ ArtSpace menjadi salah satu rute tujuan dari rangkaian perjalanan program 50th The Journey of Christine Hakim di empat kota, Bandung, Aceh, Sabang, Makassar dan Bali.
50th The Journey of Christine Hakim adalah program yang dipersembahkan sekaligus apresiasi kepada aktor dan produser Christine Hakim atas capaiannya dalam berkarya di industri film Indonesia selama 50 tahun. Program itu digagas oleh Reza Rahadian dan didukung oleh KemendikbidRistek berupa rangkaian pemutaran film yang pernah dibintangi dan diproduksinya, ke beberapa kota secara berkala. Setelah dari Sumatra, The Journey of Christine Hakim lalu singgah mendatangi Rumata’ dengan pemutaran film dan diskusi Daun Di Atas Bantal (Leaf on a Pillow) yang diproduksi tahun 1998 tentang tiga anak jalanan bernama Sugeng, Heru, dan Kancil, yang berjuang untuk bertahan hidup setiap hari dan bertekad untuk mengatasi kemiskinan dan menerima pendidikan meskipun dalam keadaan yang penuh tantangan. Di mana keberuntungan datang pada mereka melalui dukungan oleh seorang pelayan toko yang mengizinkan mereka tidur di tempat kerjanya.
Dihadiri lebih dari 50 peserta dari komunitas dan peserta umum, pemutaran film dan diskusi itu dipenuhi tawa dan momen-momen yang tidak terlupakan. Menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi Rumata’ ArtSpace sebagai ruang yang telah dilibatkan untuk mengalami semangat yang dibawa oleh Christine Hakim ke Kota Makassar.
Makassar (15/12/23) – In celebration of half a century of Christine Hakim's work in the film industry, Rumata' ArtSpace is one of the destinations in a series of trips for the 50th The Journey of Christine Hakim program, which tours Bandung, Aceh, Sabang, Makassar and Bali.
50th The Journey of Christine Hakim is a program presented as an appreciation to actor and producer, Christine Hakim, for her achievements in working in the Indonesian film industry for 50 years. The program was initiated by Reza Rahadian and supported by the Ministry of Education, Research and Technology in the form of a series of screenings of films he has starred in and produced, in several cities on a regular basis. After starting in Sumatra, The Journey of Christine Hakim then stopped by at Rumata', with a film screening and discussion of Daun Di Atas Bantal (Leaf on a Pillow) which was produced in 1998 about three street children named Sugeng, Heru, and Kancil, who struggle to survive every day and are determined to overcome poverty and receive an education despite challenging circumstances. Luck comes to them through support from a shop assistant who allowed them to sleep at his workplace.
Attended by more than 50 participants from the community and general participants, the film screening and discussion was filled with laughter and unforgettable moments. This gave great pride for Rumata' ArtSpace, as a space that has been involved in experiencing the spirit that Christine Hakim has brought to Makassar City.
Cara Christine Hakim Rayakan 50 Tahun Perjalanan Karier di Industri Film Indonesia
How Christine Hakim Celebrates 50 Years of Career in the Indonesian Film Industry
Merayakan kiprah Christine Hakim di industri perfilman, program bertajuk The Journey of Christine Hakim yang diluncurkan pada Agustus 2023 lalu telah melakukan perjalanan ke dua negara, yaitu Amerika Serikat, di Indonesia Film Festival New York 2023, dan Timor Leste, di Dili International Film Festival 2023.
Di Makassar, pemutaran dan diskusi dilakukan pada 15 Desember 2023. Pemutaran dan diskusi film Tjoet Nya’ Dhien di Baruga Prof. A. Amiruddin, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar yang dihadiri lebih dari 100 mahasiswa, dosen, dan karyawan Universitas Hasanuddin, Makassar. Sore harinya, pemutaran dan diskusi film Daun di Atas Bantal dilakukan di Rumata Art Space. Lebih dari 50 peserta dari berbagai komunitas dan penonton umum hadir untuk menonton dan berdiskusi perihal industri film langsung dengan Christine Hakim.
Wikithon 16: Pemuda dan Pemilu: For Your Politic (FYP)
Pemuda memegang peran yang krusial dalam Pemilu 2024. Studi yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 silam menemukan partisipasi pemilih muda pada pemilu 2019 sebesar 91,3%, naik dari 85,9% pada pemilu 2014. Namun ketika ditanya pandangannya, persentase anak muda yang menyatakan minatnya pada politik hanya 1,1%. Banyak pemilih muda yang ragu-ragu, pesimistis terhadap situasi politik dan kurang percaya pada elit politik. Survei yang dilakukan UMN Consulting menemukan 48,25% Gen Z menggunakan hak pilih mereka pada Pemilu 2019, sementara 4,86% memutuskan untuk golput, dan 46,88% belum memiliki hak pilih pada tahun tersebut.
Studi lain mengungkapkan bahwa banyak remaja mengidentifikasi diri mereka sebagai golput (bukan partisipan dalam proses politik), apatis secara politik, dan bersikap pasif dalam politik meskipun mereka hidup di lingkungan politik yang lebih liberal. Kurang dari setahun menjelang pemilihan umum serentak 2024, partai politik dan sejumlah kandidat pemimpin sudah bergerak dengan gesit menyusun konstelasi. Di sisi lain, sebagian pemilih tak tahu apa yang harus diamati untuk menentukan arah masa depan
Youth play a crucial role in the 2024 elections. A study conducted by the Center for Strategic and International Studies (CSIS) in August 2022 found that young voter participation in the 2019 elections was 91.3%, up from 85.9% in the 2014 elections. When asked about their views, the percentage of young people who expressed interest in politics was only 1.1%. Many young voters are undecided, pessimistic about the political situation and lack trust in political elites. A survey conducted by UMN Consulting found that 48.25% of Gen Z exercised their right to vote in the 2019 elections, while 4.86% decided to abstain, and 46.88% did not have the right to vote that year.
Another study revealed that many teenagers identify themselves as abstainers (not participants in the political process), politically apathetic, and passive in politics even though they live in a more liberal political environment. Less than a year before the 2024 simultaneous general elections, political parties and a number of leadership candidates are already moving nimbly to put together voter constellations. On the other hand, some voters don't know what to observe to determine Indonesia's future direction.
Waktu Batu: Rumah yang Terbakar
Stone Time: Burning House
Pertunjukan silang media teater, video game, dan sinematografi bertajuk "Waktu Batu, Rumah Yang Terbakar" (WB.RyT) hadir untuk pertama kalinya di Kota. Teater ini dipentaskan di Fort Rotterdam, pada 5-6 Desember 2023.
WB.RyT adalah pementasan yang disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin. Karya ini dipentaskan oleh Garasi Performance Institute berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media.
"Kenapa kami pilih Makassar karena Makassar buat saya pribadi cukup dekat. Saya dengan Garasi sudah berlangsung sejak 2003. Waktu itu ada festival sanggar Merah Putih, nama festivalnya Journal of Woman Art," kata Yudi dalam konferensi pers di Fort Rotterdam, Selasa (5/12/2023) sore.
A cross-play of theater, video games and cinematography entitled "Stone Time, Burning House" (Waktu Batu Rumah yang Terbakar [WB.RyT]) makes its first appearance in Makassar City. This theater will be staged in Fort Rotterdam, on 5-6 December 2023.
WB.RyT is a performance directed by Yudi Ahmad Tajudin. This work was staged by the Garasi Performance Institute in collaboration with the Ministry of Education, Culture, Research and Technology (Kemendikbudristek) through the Directorate of Film, Music and Media.
"Why did we choose Makassar? It is because Makassar is quite close to me personally. Garasi and I have been working together since 2003. At that time there was a Red and White studio festival, the name of the festival was Journal of Woman Art," said Yudi at a press conference in Fort Rotterdam, Tuesday afternoon (5/12/2023).
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia