Satu bulan lagi, menjelang akhir tahun 2022. Barangkali inilah momen yang tepat sekilas melontarkan waktu ke belakang untuk mencatat berbagai program kegiatan yang dijalankan atas inisiatif Rumata’, maupun hasil kolaborasi dengan ragam komunitas. Setelah menyaksikan Pidato Kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta “Berakar dan Menjalar: Lumbung Sebagai Model Ekonomi dan Estetika Organisasi Seni” oleh Ade Darmawan pada 10 November 2022 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, saya semakin percaya bahwa imajinasi tentang masa depan ialah bersama-sama.
Praktik-praktik kolaborasi akan makin semarak di tahun-tahun mendatang setelah “Lumbung” jadi semacam abstraksi atas ramainya inisiatif di Indonesia, termasuk di Makassar. Di Rumata’, misalnya, kegiatan-kegiatan kolaboratif makin bernafas setelah dipukul pandemi setelah dua tahun. Pertunjukan musik, diskusi literasi, serta pameran diselenggarakan oleh berbagai kampus mulai mengisi tiap pekan di kawasan Gunung Sari. Hal itu juga menjadi siasat dan strategi kami untuk membagi waktu-waktu yang tepat supaya masing-masing kegiatan setidaknya punya dampak yang signifikan, terjangkau dan meluas melalui publikasi dan kesiapan ruang.
Beberapa diantaranya ialah ajakan kepada kaum milenial dari BASAsulsel Wiki untuk terlibat dalam wacana dan isu publik, presentasi Sipakatuo oleh Dogmilk Films, Festival Pesisir, dan artikel yang ditulis oleh Irwan AR mengenai proses pembukaan Pameran Republik. Namun, satu program berkelanjutan di mana Rumata’ dan Makassar International Writers Festival (MIWF) terlibat di dalamnya, yakni buku #BakuBantu akan didistribusikan di Festival Sastra Banggai 24-27 November mendatang, seperti yang dilaporkan oleh Ilda Karwayu. Dua kegiatan kami rekomendasikan bulan ini yakni, Japanese Film Festival dan Festival Sastra Banggai.
Inisiatif-inisiatif semacam ini, perlu terus jadi daya tahan untuk membayangkan tahun depan, di mana praktik kesenian dalam bentuk kegiatan, diskusi, pertunjukan dan pameran, akan semakin menjalar dan berakar.
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan November 2022: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Ilda Karwayu, Imam Khomeiny, Wahyu Al Mardhani, Afifah Tasya, Nawa Jamil, Irwan AR, Ifdhal Ibnu
Penerjemah: Edan Runge, Abdussalam Syukri, Sydney Sibyl, Khomeiny Imam
One more month until the end of 2022. Perhaps this is the right moment to glance back at the various programs and activities carried out at Rumata', as well as the results of our collaborations with various communities. After watching the Jakarta Arts Council's Cultural Speech “Spreading from Roots: Rice Barns as Economic Models and Aesthetics of Art Organizations” by Ade Darmawan on November 10, 2022 at Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, I increasingly believe that imagination about the future should be shared.
Collaborative practices will be more lively in the years to come after this model becomes more common for the many initiatives in Indonesia, including in Makassar. At Rumata', for example, collaborative activities are getting more air time after being hit by the pandemic for two years. Music performances, literacy discussions, and exhibitions organized by various campuses began to fill every week in the Gunung Sari area. It is also our tactic and strategy to allocate the right time so that each activity has at least a significant, affordable and widespread impact through publications and space prepared for it.
Some of them are Sipakatuo's presentation by Dogmilk Films, the Coastal Festival, and an article written by Irwan AR about the opening process of the Republic Exhibition. However, one ongoing program in which Rumata' and the Makassar International Writers Festival (MIWF) are involved, namely the #BakuBantu books will be distributed at the Banggai Literary Festival from 24 to 27 November, as reported by Ilda Karwayu. We recommend two activities this month, namely, the Japanese Film Festival and the Banggai Literary Festival.
Initiatives like this need to be sustained to imagine next year, in which the practice of art in the form of activities, discussions, performances and exhibitions, will spread and take root.
Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Director of Programs and Partnership
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors November 2022: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Ilda Karwayu, Imam Khomeiny, Wahyu Al Mardhani, Afifah Tasya, Nawa Jamil, Irwan AR, Ifdhal Ibnu
Translator: Edan Runge, Abdussalam Syukri & Sydney Sibyl, Khomeiny Imam
Museum Seni Universitas Monash | MUMA dengan bangga mengumumkan akuisisi karya seni terbarunya yang dikerjakan oleh seniman asal Makassar, Adi Gunawan.
Pada tahun 2020, Pusat Studi Masyarakat Adat Universitas Monash meluncurkan proyek penelitian bertajuk Global Encounters & First Nations Peoples:
1000 Years of Australian History. Proyek lima tahun yang didanai Australian Research Council dan dipimpin oleh Profesor Lynette Russell AM untuk mengeksplorasi pertemuan antara masyarakat adat Australia dan penjelajah laut selama satu milenium. Dengan tujuan menyusun kembali peran bersejarah Australia dalam eksplorasi global, secara inovatif, melalui inisiatif lintas-disiplin yang memiliki potensi mempengaruhi perdebatan yang sedang berlangsung mengenai identitas nasional Australia dan kebutuhan mendesak akan rekonsiliasi dengan Suku Bangsa Pertama di Australia.
Dalam merayakan proyek penting ini dan fokusnya pada hubungan berabad-abad antara suku Aborigin atau suku asli Australia dan para pelaut Makassar (sekarang ibu kota provinsi Sulawesi Selatan Indonesia), Monash Indonesia, Global Encounters Monash University dan Monash University Museum of Art (MUMA) telah mengakuisisi sebuah karya seni dari seniman Adi Gunawan yang tinggal di Makassar. Seniman pemenang penghargaan yang terkenal dengan mural yang begitu kaya akan warna dan proyek kolaborasinya. Karya tersebut dibuat di atas delapan relief monokrom yang berjudul ‘Sharing the Sunset’, menggambarkan persahabatan yang hangat antara orang Makassar dengan orang-orang Yolnu yang berasal dari timur laut Tanah Arnhem.
Monash University Museum of Art | MUMA is pleased to announce the major new artwork acquisition by Makassar- based artist, Adi Gunawan.
In 2020, Monash University’s Indigenous Studies Centre launched Global Encounters & First Nations Peoples:
1000 Years of Australian History. The ve-year Australian Research Council–funded project, led by Professor Lynette Russell AM, explores encounters between Australia’s Indigenous peoples and sea voyagers over the course of a millennium. With the aim to recast Australia’s historic role in global exploration, this innovative, transdisciplinary initiative has the potential to impact ongoing debates over Australia’s national identity and the urgent need for reconciliation with First Peoples.
In celebration of this important project and its focus on the centuries-long relationship between Australia’s First Peoples and the sailors of Makassar (now the capital of Indonesia’s South Sulawesi province), Monash Indonesia, Global Encounters Monash University and Monash University Museum of Art (MUMA) have acquired a major artwork by Makassar-based artist Adi Gunawan. An award-winning artist known for his colourful murals and collaborative projects, Gunawan’s eight-panel monotonal relief, Sharing the Sunset, describes the warm friendship between Makassans and the Yolŋu people of north-east Arnhem Land.
BASASulsel Mengajak Kaum Milenial Aktif Berpartisipasi dalam Isu-Isu Publik melalui Lomba Digital Marathon
Bahasa Daerah masih terus menjadi perhatian serius bagi BASASulsel Wiki, pemerintah serta komunitas pelestarian bahasa daerah. Betapa tidak, seiring berjalannya waktu bahasa makassar hampir mengalami kepunahan dengan masuknya bahasa-bahasa asing yang mengakibatkan anak milenial perlahan-lahan meninggalkan bahasa Ibu-nya.
BASASulsel Wiki, Guru, Mahasiswa dan Siswa pun sebenarnya tidak tinggal diam dengan kondisi bahasa daerah yang hampir punah. Oleh sebab itu, untuk mengembalikan eksistensi bahasa daerah di tengah gempuran bahasa bahasa asing maka dari itu BASASulsel bekerjasama dengan guru-guru sekolah untuk menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Rumata’ Artspace, Minggu (06 November 2022).
Advisor Program BASASulsel Wiki Wildhan Burhanuddin yang membuka sekaligus menjadi fasilitaror Focus Group Discussion (FGD), dalam pengantarnya berharap bahwa BASASulsel Wiki dapat menjadi wadah bagi para kaum milenial untuk menuangkan ide-ide gagasannya terkait isu-isu publik yang ada disekitar dengan menggunakan bahasa daerah sehingga anak milenial dapat mempertahankan bahasa daerahnya.
Menuju FSB 2022: ISBN, Nama-nama, Buku-buku, dan Lain-lain
Towards Banggai Literature Festival 2022: ISBN, Names, Books, and more
oleh Ilda Karwayu
Komunitas Babasal Mombasa, salah satu penerima dana bergulir Program #BakuBantu, masih menanti kepastian International Standard Book Number (ISBN) untuk buku antologi debut Akademi Sastra Banggai 2022. Andaikata nomor seri tersebut tak kunjung selesai prosesnya hingga menjelang pelaksanaan Festival Sastra Banggai (FSB) 2022, maka dapat dipastikan buku ini akan terbit tanpanya.
Toh, menerbitkan buku tanpa cantuman ISBN pun sebenarnya tak memengaruhi legalitas buku tersebut untuk didistribusikan. Oleh karenanya, Penerbit Babasal Mombasa tetap bisa menerbitkan antologi debut ini di festival yang akan diselenggarakan pada 24 – 27 November mendatang. Meski demikian, tetaplah kita berharap pengurusan ISBN ini dapat segera selesai dengan mulus sesuai harapan; sehingga, setelahnya, distribusi buku ini dapat menjangkau ruang yang lebih luas.
by Ilda Karwayu
The Babasal Mombasa Community, one of the recipients of the #BakuBantu Program’s revolving fund, is still waiting for confirmation on the International Standard Book Number (ISBN) for the debut anthology book of the Banggai Literature Academy 2022. Supposing the serial number has not been completed before the 2022 Banggai Literature Festival (FSB) is held, it is certain that this book will be published without it.
After all, even publishing a book without an ISBN does not actually affect the legality of the book for distribution. Therefore, Babasal Mombasa Publisher can still publish this debut anthology at the festival which will be held on November 24-27. Even so, we still hope that the ISBN arrangement can be completed as smoothly as expected; so that, afterwards, the distribution of this book can reach a wider space.
Dogmilk Presents SIPAKATUO
Oleh: Wahyu Al Mardhani & Afifah Tasya
Dogmilk Films sebagai kolektif independen filmmaking berbasis di Melbourne dan Makassar berkunjung kembali ke Rumata’ ArtSpace. Setelah kunjungan pertama di tahun 2019 silam, Dogmilk Films kali ini membawa spirit yang masih sama, yaitu berjejaring dengan kolektif dan komunitas filmmaker Kota Makassar dalam event ‘Dogmilk Presents Sipakatuo’. Event yang berlangsung di Tanggal 24 Oktober 2022 ini, Dogmilk menyelenggarakan 3 segmen, yaitu Film Screening, Residency Discussion dan Spatial Sound Performance.
Produser dan member Dogmilk Films, Sam Hewison, menjelaskan bahwa event ini tentunya hasil dari hubungan yang telah lama dijalin dengan Rumata’ ArtSpace, sebagai salah satu titik kumpul para seniman, kolektif dan komunitas di Kota Makassar. Melalui event ini, Dogmilk ingin berinteraksi secara langsung sekaligus memperkenalkan karya-karya Dogmilk yang diharap bisa memberi impresi yang baik dan pengalaman yang baru, baik bagi Dogmilk sendiri maupun partisipan yang hadir.
By: Wahyu Al Mardhani & Afifah Tasya
Dogmilk Films, an independent filmmaking collective based in Melbourne and Makassar is visiting Rumata' ArtSpace again. After the first visit in 2019, this time Dogmilk Films brought the same spirit, namely networking with the filmmaker community of Makassar City in the 'Dogmilk Presents Sipakatuo' event. At the event, which took place on October 24 2022, Dogmilk organised 3 segments, namely a Film Screening, Residency Discussion and Spatial Sound Performance.
Producer and member of Dogmilk Films, Sam Hewison, explained that this event is certainly the result of a long-standing relationship with Rumata' ArtSpace, as a gathering point for artists, collectives and communities in Makassar City. Through this event, Dogmilk wants to interact directly as well as introduce Dogmilk's works which are expected to give good impressions and new experiences, both for Dogmilk itself and the participants who attend.
Festival Pesisir 2022 Ruang Eko-edukasi sosial Pengembangan Kreativitas
Coastal Festival 2022 Social Eco-education Space for Creativity Development
Oleh: Nawa Jamil
Sabtu, 5 November 2022 dilaksanakan kegiatan Festival Pesisir: To Explore The Potential of Island Society yang bertempat di Rumata’ ArtSpace yang terletak di Jalan Bontonompo, Kec. Tamlate, Kota Makassar. Kegiatan ini dibuka dengan penampilan A’ngaru dan Tari Paduppa. Selain penampilan seni, kegiatan yang diadakan oleh Sikola Cendekia Pesisir ini juga dibuka oleh kepala Sikola beserta pendirinya dan langsung dilanjutkan dengan materi pertama oleh kak Mato’, manajer cabang dari Dompet Dhuafa dengan materi ‘Project Community Planning’.
Community Workshop hadir sebagai ruang kolaborasi komunitas, diharapkan mampu memperkuat jejaring sehingga menghasilkan dampak yang berkelanjutan baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Kegiatan ini, akan membuka ruang berbagi gagasan dan pengalaman sesama relawan dalam 3 sesi, yakni Project Community Planning, Eco Friendly Cooking dan Digital Promoting yang diampu oleh ahlinya. Rahmat AM sebagai fasilitator pada project community planning merupakan branch manager dari dompet dhuafa, Andi Darmawansyah sebagai bagian dari NGO Blue Forest akan mengampu sesi ECO Friendly Cooking, serta Ria Lestari B sebagai owner CV Artani Lestari Indonesia yang mengisi pada materi Digital Promoting.
By: Nawa Jamil
On Saturday, November 5 2022, the Coastal Festival activity was held: To Explore The Potential of Island Society. This took place at Rumata' ArtSpace which is located on Bontonompo Street, Tamlate District, Makassar City. This activity was opened with the appearance of A'ngaru and Paduppa Dance. In addition to art performances, the activity held by Sikola Cendekia Pesisir was also opened by the head of Sikola and its founder. This was followed by the first material by Kak Mato', the branch manager of Dompet Dhuafa with the 'Project Community Planning' initiative.
The Community Workshop is here as a space for community collaboration, it is hoped that it will be able to strengthen networks so as to produce a sustainable impact both for oneself and the community. This activity will open a space for sharing ideas and experiences among fellow volunteers in 3 sessions, namely Project Community Planning, Eco Friendly Cooking and Digital Promoting which are led by experts. Rahmat AM as the facilitator for the community planning project is the branch manager of Dompet Dhuafa, Andi Darmawansyah as part of the NGO Blue Forest will lead the ECO Friendly Cooking session, and Ria Lestari B as the owner of CV Artani Lestari Indonesia produced the Digital Promoting material.
Konferensi Meja Ayam, Kisah Lorong Di Makassar dan ‘Political Party’
The Chicken Table Conference, the Story of the Hallway of Makassar and the 'Political Party'
Oleh: Irwan AR
MAKASSAR -- Sirine dari mobil ambulance berhenti di depan Rumata' Artspace, sontak menarik perhatian warga sekitar dan pengunjung yang diminta menunggu di depan pagar Rumata' Artspace. Keluar pula 5 orang berjas hitam, kemeja putih dan celana hitam dilengkapi dengan sepatu pantofel hitam mengkilat dan kacamata hitam pula.
Aktor-aktor ini memasuki Rumata' ArtSpace langsung menuju ke bagian halaman rumah yang menjadi peninggalan orang tua sineas Riri Riza ini. Pengunjung mengikuti para aktor tersebut yang langsung mengamati daging ayam utuh di atas meja bundar, lalu satu per satu menikamkan pisau-pisau yang mereka bawa dalam tas dan menandai daging-daging ayam di hadapan mereka. Beberapa aktor lainnya yang berjubah merah dengan topeng dari film Money Heist berkeliaran di antara batang pohon sambil mengamati konferensi meja ayam tersebut.
By: Irwan AR
MAKASSAR -- The siren from the ambulance stopped in front of Rumata' Artspace, instantly attracting the attention of local residents and visitors who were asked to wait in front of the Rumata' Artspace fence. There were also 5 people in black suits who came out, wearing white shirts and black pants, kitted with shiny black loafers and sunglasses.
These actors entered the Rumata' ArtSpace directly to the part of the house that was bequeathed by the parents of the filmmaker Riri Riza. Visitors followed the actors as they looked at the whole chicken on the round table, then one by one stabbed the knives they were carrying in their bags and marked the chicken in front of them. Several other actors in red robes with masks from the movie Money Heist wandered through the tree trunks watching the chicken table conference.
Pameran Seni Nirmana
Nirmana Art Exhibition
PAMERAN NIRMANA - Pengunjung memperhatikan karya seni nirmana yang dipamerkan di Rumata Art Space Makassar, Sulsel, Senin (23/3). Pameran karya seni rupa hasil karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar tersebut memamerkan sejumlah karya seni nirmana yang menggunakan media alat-alat rumah tangga seperti cobekan, guci, dan talenan. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
NIRMANA EXHIBITION - Visitors paid attention to Nirmana's artwork on display at Rumata Art Space Makassar, South Sulawesi, Monday (23/3). The exhibition of works of art by students from the University of Muhammadiyah (Unismuh) Makassar exhibited a number of Nirmana works of art using household utensils such as mortars, jars, and cutting boards. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
40 Karya Lukis Pameran Mahasiswa FSD UNM Dipamerkan Di Rumata’ ArtSpace
40 Painting Works by FSD UNM Students Exhibited at Rumata' ArtSpace
PROFESI-UNM.COM– Sebanyak 40 lukisan karya tujuh mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain (FSD) Universitas Negeri Makassar (UNM) dipamerkan dalam acara Pagelaran Seni Lukis, di Gedung Rumata Art Space, jalan Bontonompo, Selasa hingga Kamis (17-19/10).
Ketua panitia, Mukhtiali mengatakan, pameran ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa angkatan 2013 yang akan menyelesaikan studi. “Sebelum selesai harus ada karya yang dibuat, ini sudah jadi persyaratan,” katanya.
PROFESSION-UNM.COM – As many as 40 paintings by seven students of Fine Arts Education Faculty of Art and Design (FSD) Makassar State University (UNM) were exhibited at the Painting Art Exhibition, at the Rumata Art Space Building, Bontonompo Road, Tuesday to Thursday (17- 19/10).
The head of the committee, Mukhtiali said, this exhibition was held as one of the requirements for students from the 2013 batch who will complete their studies. "Before it is finished, the works must be exhibited, this has become a requirement," he said.
Ikuti Pelatihan Active Citizen, Ini yang Kalian Dapatkan
Do Active Citizen Training, This Is What You Get
Terkini.id, Makassar – Setiap orang biasanya memiliki ide untuk dilakukan namun kadang sulit menemukan tempat untuk menyalurkan ide dan gagasan tersebut, bahkan ada yang merasa takut untuk mengungkapkan ide hanya karena takut salah dan takut ditertawai. Oleh karenanya, Training of Citizen sebagai Active Citizen hadir sebagai salah satu wadah sekaligus tempat belajar yang menawarkan pengembangan diri dan terbuka terhadap semua ide-ide yang ingin dilakukan.
Terkini.id, Makassar – Everyone usually has ideas for what to do, but sometimes it's difficult to find a place to channel these ideas and concepts. Some even feel afraid to express ideas just for fear of being wrong and afraid of being laughed at. Therefore, Training of Citizens as Active Citizens exists as a forum as well as a place for learning that offers self-development and is open to all ideas that one wants to share.
The Science of Shorts Bersama Yosep Anggi Noen di Rumata’ ArtSpace
The Science of Shorts with Yosep Anggi Noen at Rumata' ArtSpace
Japanese Film Festival (JFF) 2022 akan diselenggarakan secara berurutan di Jakarta, Makassar, dan Bandung mulai tanggal 3 November - 4 Desember 2022. 14 film Jepang akan ditayangkan selama festival dilengkapi dengan takarir bahasa Indonesia dan Inggris.
JFF tidak hanya akan memutar film. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, JFF menghadirkan program menarik lainnya terkait kebudayaan termasuk bahasa Jepang serta kuliah umum mengenai film yang bisa dinikmati oleh penonton. Di Jakarta, penonton JFF bisa menonton sambil bergaya atau sekadar berkeliling area festival selama satu hari penuh dalam balutan Yukata, salah satu pakaian tradisional Jepang, dalam program MoveeYukata. Penonton hanya perlu menunjukkan tiket menonton film JFF untuk dapat mengenakan yukata. Selain itu, penonton yang ingin mengenal bahasa Jepang juga bisa mengikuti program Pelajaran Bahasa Jepangku yang Pertama yang akan dibimbing langsung oleh Tim Pengajar dari The Japan Foundation, Jakarta. Sementara bagi yang sudah cukup mahir berbahasa Jepang juga bisa berpartisipasi di program Ayo Ngobrol Bahasa Jepang! dan akan ditemani oleh NIHONGO Partners (penutur asli). Untuk Makassar dan Bandung, program serupa hadir dalam bentuk Japanese Speaking Corner. Khusus bagi pengunjung yang tertarik pada program terkait bahasa Jepang bisa mendaftar melalui tautan https://linktr.ee/jffindonesia terlebih dahulu.
Di Bandung, JFF akan menyediakan sesi tanya jawab secara daring dengan sutradara And So Baton Is Passed, MAEDA Tetsu, yang memungkinkan penonton bertanya setelah menonton film tersebut. Sementara di Makassar, sutradara Indonesia, Yosep Anggi Noen, akan memberikan kuliah umum dengan tema The Science of Shorts yang akan membahas mengenai peran film pendek Indonesia bagi industri film. Kuliah umum ini juga menjadi rangkaian dari kompetisi film pendek Digicon6 ASIA. Yosep Anggi Noen juga akan menghadiri pemutaran film INU-OH pada hari kedua festival.
The 2022 Japanese Film Festival (JFF) will be held sequentially in Jakarta, Makassar and Bandung from 3 November - 4 December 2022. 14 Japanese films will be screened during the festival with Indonesian and English subtitles.
JFF will not only play movies. Just like in previous years, JFF presents other interesting programs related to culture including Japanese language as well as public lectures on films that can be enjoyed by the audience. In Jakarta, JFF audiences can watch the films in style by walking around the festival area for a whole day wearing a Yukata, one of Japan's traditional clothes, in the MoveeYukata program. Viewers only need to show a ticket to watch the JFF movie to be able to wear the Yukata. In addition, viewers who want to know Japanese can also take part in the My First Japanese Lesson program which will be guided directly by the Teaching Team from The Japan Foundation, Jakarta. Meanwhile, those who are already quite proficient in Japanese can also participate in the Let's Chat Japanese program! and will be accompanied by NIHONGO Partners (native speakers). For Makassar and Bandung, a similar program is present in the form of a Japanese Speaking Corner. Especially for visitors who are interested in programs related to the Japanese language, they can register via the link https://linktr.ee/jffindonesia first.
In Bandung, JFF will provide an online question and answer session with the And so the Baton Is Passed director, MAEDA Tetsu, which will allow viewers to ask questions after watching the film. Meanwhile in Makassar, the Indonesian director, Yosep Anggi Noen, will give a public lecture with the theme The Science of Shorts which will discuss the role of Indonesian short films for the film industry. This public lecture is also part of the Digicon6 ASIA short film competition. Yosep Anggi Noen will also attend the screening of the INU-OH film on the second day of the festival.
Festival Sastra Banggai 2022: Mengungkai Acak, Menyingkul Padu
Banggai Literature Festival 2022: Unraveling Randomly, Concluding Cohesively
Yayasan Babasal Mombasa secara resmi telah merilis tema Festival Sastra Banggai (FSB) 2022 beberapa waktu lalu.
Rencananya, Festival Sastra Banggai akan dilaksanakan pada 24 November 2022 hingga 27 November 2022 yang dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Luwuk, Kabupaten Banggai.
Direktur Festival Sastra Banggai, Ama Achmad, mengatakan, tema pada tahun 2022 ini adalah Tautan Keenam: Mengungkai Acak, Menyimpul Padu.
"Frasa ini diambil dari filosofi Montolutusan yang secara harfiah berarti persatuan dan persaudaraan," tutur Ama Achmad dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 November 2022.
Ama, menerangkan, pemaknaan tema ini merupakan kesadaran kritis sebagai warga yang bermukim di Tano Babasalan (Banggai, Balantak, Saluan, dan Andio) yang memiliki keterikatan historis dan emosional.
Babasal Mombasa Foundation officially released the theme of the 2022 Banggai Literary Festival (FSB) some time ago.
The plan is that the Banggai Literature Festival will be held from November 24, 2022 to November 27, 2022, centered in the Green Open Space (RTH) Teluk Lalong, Luwuk, Banggai Regency.
The Director of the Banggai Literature Festival, Ama Achmad, said that the theme for 2022 is Link Six: Unraveling Randomly, Concluding Cohesively.
"This phrase is taken from the Montolutus philosophy which literally means unity and brotherhood," said Ama Achmad in a written statement, Tuesday, November 1, 2022.
Ama, explained, the meaning of this theme is a critical awareness as residents who live in Tano Babasalan (Banggai, Balantak, Saluan, and Andio) who have historical and emotional attachments.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia