Makassar International Writers Festival sebagai sebuah program reguler dari Rumata’ ArtSpace akan dirilis bulan depan, Juni 2023. Tema MIWF tahun ini ialah ‘Faith’ yang diharapkan dapat menyebar dalam praktik kerja maupun gagasan program-program bagi seluruh tim, penulis, maupun audiens yang akan bertemu.
Tahun ini ialah penanda penting untuk mencatat bahwa Kak Lily, sebagai Direktur dan Pendiri MIWF telah mengerjakan sesuatu yang penting bagi kita semua, terutama di Makassar dan Indonesia Timur. Program-program MIWF akan segera diumumkan, sehingga saya merekomendasikan bagi seluruh Sahabat Rumata’ untuk terus memantau informasinya di akun sosial media @makassarwriters.
Bulan ini pula, kami ingin menginformasikan kegiatan lain yang telah berlangsung di Rumata’, yakni Kineshorts yang diorganisir oleh Kinefilia. Laporan kegiatan tersebut telah dituliskan dengan baik oleh Riswan, sebagai salah satu volunteer. Selain itu, ada catatan dari Ilda Karwayu, selaku manajer program #bakubantu yang harusnya sudah menapak di batch 2.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan Mei 2023: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Ifdhal Ibnu, Riswan, Ilda Karwayu.
Penerjemah: Edan Runge
Makassar International Writers Festival, a regular program run by Rumata' ArtSpace, will be released next month, June 2023. This year's MIWF theme is 'Faith' which is expected to spread through work practices and program ideas for all teams, writers and audiences who will meet at the festival.
This year is an important milestone to highlight that Lily Yulianti Farid, as the Director and Founder of MIWF, has done something important for all of us, especially in Makassar and East Indonesia. MIWF programs will be announced soon, so I recommend all Friends of Rumata' continue to monitor the information on the social media account @makassarwriters.
Also this month, we would like to inform you of another activity that has taken place in Rumata', namely Kineshorts organized by Kinefilia. The activity report was well written by Riswan, as one of the volunteers. Apart from that, there is a note from Ilda Karwayu, as the #bakubantu program manager who will discuss Batch 2 of the program.
We will be very happy if you are willing to become a contributor to send writing, reviews, or even criticism about Indonesian art and culture, especially in Eastern Indonesia. We believe that a diversity of perspectives is something that we can always offer in our newsletter.
Regards,
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships for Rumata' ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors May 2023: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Ifdhal Ibnu, Riswan, Ilda Karwayu.
Penerjemah: Edan Runge
MIWF Membangun Harapan, Kebertahanan, Keseimbangan Melalui “Faith”
MIWF Builds Hope, Resilience and Balance Through “Faith”
Pada tahun ini, kami memilih tema ‘Faith’ sebagai pintu yang kami percaya dapat membuka ruang percakapan tentang agama, kepercayaan, nilai, dan tujuan hidup manusia. Tema ini tidak sebatas membicarakan peran agama dan kepercayaan yang dipegang manusia ketika menghadapi masa sulit saja, seperti ketika seluruh dunia dihantam oleh pandemi. Melainkan menawarkan perspektif untuk membangun harapan, daya tahan, dan menciptakan keseimbangan untuk menemukan makna baik secara individu maupun kehidupan bersama di masyarakat.
Lily Yulianti Farid, selaku direktur dan pendiri MIWF telah mewariskan ‘Faith’ sebagai nilai yang selama ini ia yakini untuk dunia literasi, dan kerja-kerja kecil yang ia lakukan untuk memberikan nilai besar bagi siapa pun yang mengerjakan literasi sebagai panggilan. Ia juga meninggalkan warisan ‘Faith’ sebagai metode kerja dengan semangat kekeluargaan dan kesadaran untuk terus melakukan kontribusi terhadap perjalanan MIWF di tahun mendatang.
Faith dan MIWF merupakan jejaring kekuatan, individu dengan ketebalan pengetahuan, suara yang lantang dibunyikan, dan keyakinan bagai nyala api yang tidak padam di seluruh nusantara. Kami juga meyakini bahwa seluruh relawan, pembicara, dan peserta yang akan hadir di MIWF tahun ini, juga melebur dan dipersatukan oleh Faith yang sama.
Sebagai fenomena global, spiritualisme dalam beragama sementara hangat dibicarakan oleh siapa saja. Spiritualisme yang dimaksud, yaitu antara manusia & Tuhan-nya, maupun manusia dengan sesama manusia lain, sebuah kesadaran yang mestinya menghasilkan buah untuk terus saling mengasihi. Melalui tema ini pula, kami berharap program-program yang diinisiasi dapat menjadi wacana untuk membaca ulang identitas manusia, serta melanjutkan daya jelajah yang lebih luas melalui literasi. Pada akhirnya, kami berharap MIWF menjadi perjalanan tak berujung, dan ‘Faith’ serupa langkah-langkah kecil tiada henti. Langkah kita, bersama-sama.
Kurator:
Theoresia Rumthe, Faisal Oddang, Erni Aladjai
This year, we chose the theme 'Faith' as a door that we believe can open a space for conversation about religion, beliefs, values, and the purpose of human life. This theme is not limited to discussing the role of religion and beliefs held by humans when facing difficult times, such as when the whole world was hit by a pandemic. Rather, it offers a perspective to build hope, resilience, and create a balance to find meaning both individually and in life together in society.
Lily Yulianti Farid, as the director and founder of MIWF, has bequeathed 'Faith' as a value that she believed in for the world of literacy. She also left a legacy of work which gives great value to anyone with literacy as a calling. He also left a legacy of 'Faith' as a work method with a family spirit and awareness to continue to contribute to MIWF's journey in the coming years.
Both Faith and MIWF are a network of strengths, individuals with a depth of knowledge, a loud voice, and act as a flame that does not go out throughout the archipelago. We also believe that all the volunteers, speakers, and participants who will be present at this year's MIWF, are united by the same ‘Faith’.
As a global phenomenon, spiritualism in religion is hotly discussed by everyone. The spiritualism in question, namely between humans and their God, as well as humans and other human beings, and an awareness that should result in us continuing to love one another. Through this theme too, we hope that the programs initiated can become a discourse for re-reading human identity, as well as continuing a wider exploration through literacy. In the end, we hope that MIWF will be an endless journey, and 'Faith' is like taking small steps without stopping. Our steps, together.
Curators:
Theoresia Rumthe, Faisal Oddang, Erni Aladjai
Kineshorts: Berakhir Pekan dengan Sinema Indonesia Pilihan
Kineshorts: A Weekend with Featured Indonesian Cinema
Di suatu akhir pekan di bulan April pada tanggal 8 dan 9, Kinefilia kembali hadir menyajikan program film pendek bertajuk “Kineshorts: Indonesia in Shorts”. Program ini terdiri dari lima film pendek Indonesia pilihan yang telah mendapatkan berbagai macam pujian di sejumlah festival film. Kelima film tersebut adalah: Bawang Merah, Bawang Putih (Andrea Nirmala Widjajanto, 2022), Dancing Colors (M. Reza Fahriyansyah, 2022), Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (Eden Junjung, 2022), Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon, 2022), dan Wongasu (Aco Tenriyagelli, 2022).
Kelima film dalam program ini memiliki ciri khas dan fokus penceritaan unik tersendiri. Pada film pertama misalnya, Bawang Merah, Bawang Putih (2022), membahas isu keluarga toxic yang menimbulkan persaingan tidak sehat dan rasa dengki antar dua saudara perempuan. Elemen mistis dan atmosfer horor dalam film mampu membuat penonton merasakan kegelisahan para karakter. Di film kedua, ada Dancing Colors (2022), yang membahas isu queer dan agama. Dengan eksekusi satir dan sedikit komedik, film ini menyindir keluarga yang masih beranggapan bahwa menjadi queer adalah dosa/penyakit. Di film ketiga, ada Anjing-Anjng Menyerbu Kuburan (2022), menceritakan pasangan suami-istri melakukan ritual terlarang di kuburan demi mendapat harta gemilang. Dengan camerawork yang bergerak selayaknya point of view seekor anjing dan elemen spiritual horor yang cukup kental, film ini mampu membuat penonton merasa tidak nyaman dengan perilaku para karakter.
For one weekend in April on the 8th and 9th, Kinefilia returned to present a short film program entitled "Kineshorts: Indonesia in Shorts". This program consisted of five selected Indonesian short films which have received various accolades at a number of film festivals. The five films were: Bawang Merah, Bawang Putih (Andrea Nirmala Widjajanto, 2022), Dancing Colors (M. Reza Fahriyansyah, 2022), Dogs Invade the Grave (Eden Junjung, 2022), Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon, 2022), and Wongasu (Aco Tenriyagelli, 2022).
The five films in this program have their own characteristics and unique storytelling focus. In the first film, for example, Bawang Merah, Bawang Putih (2022) discusses the issue of a toxic family which causes unhealthy competition and jealousy between two sisters. The mystical elements and horror atmosphere in the film are able to make the audience feel the anxiety of the characters. In the second film, Dancing Colors (2022) discusses queer and religious issues. With satirical execution and a bit of comedy, this film satirizes families who still think that being queer is a sin or illness. In the third film, Dogs Invade the Grave (2022) tells of a husband and wife who perform a forbidden ritual in a cemetery in order to get a glorious treasure. With camerawork that moves like a dog's point of view and thick spiritual elements of horror, this film is able to make the audience feel uncomfortable with the behavior of the characters.
#BakuBantu Program Batch 2: Learning (Returning) Revolving Funds
oleh: Ilda Karwayu
Program #BakuBantu batch 1—yang dijalankan sepanjang 2022—telah rampung, dan batch 2 telah dibuka pada 14 s.d. 28 Februari 2023 lalu. Tim #BakuBantu sungguh mengapresiasi antusiasme pendaftar batch 2 (sebab jumlahnya melebihi pendaftar batch 1), sayangnya jumlah tersebut belum berimbang dengan pemahaman terhadap esensi dana bergulir dan cara kerjanya. Pembacaan ini semakin menjelaskan sebuah kondisi: para pekerja buku di Indonesia Timur masih menganggap esensi dana bergulir dan dana hibah adalah sama, dan ini merupakan wawasan yang keliru.
Maka dari itu, kita betul-betul perlu mempelajari kembali definisi dana bergulir, tata cara kerjanya, serta—yang tak kalah penting—tujuan dan manfaatnya dalam jangka panjang. Secara sederhana, sesuai namanya, dana bergulir merupakan dana yang digulir/diputar sebagai modal usaha. Pada konteks program #BakuBantu, dana tersebut dipinjamkan sebagai modal usaha para pekerja buku; dalam waktu tertentu, modal yang telah dikelola itu dikembalikan dan keuntungan/profit usaha diputar kembali oleh mereka.
Pencarian Kesejatian MIWF 2014
MIWF's Quest for Authenticity 2014
Menari Bersama Hantu Masa Lalu - Coming Soon, Pameran “Bali in a Book of Memories” di Rumata’ ArtSpace
SEJARAH kelam pembantaian terhadap orang-orang yang dianggap berpaham komunis pada 1965 tak hanya menyisakan trauma pada orang-orang yang telah dewasa kala itu dan menyaksikannya secara langsung. Trauma akan pembantaian yang terjadi mengendap dan terus hadir hingga ke generasi-generasi selanjutnya. Kepentingan politik oknum pemerintahan dan militer kala itu memengaruhi perjalanan hidup banyak orang, termasuk anak-anak yang orangtuanya menjadi korban pembantaian.
The dark history of the massacre of people who were considered communist in 1965 did not only leave trauma to those who were adults at that time and witnessed it firsthand. Trauma from the massacre that occurred settles and continues to be present to the next generations. The political interests of government officials and the military at that time influenced the lives of many people, including children whose parents were victims of massacres.
UNESCO city of literature PenPal Network for literary workers
The Melbourne UNESCO City of Literature in Australia is calling for writers, librarians, booksellers, literary programmers or anyone who works in the writing world to apply for the online PenPal Network programme, from June to December 2023.
The PenPal Network aims to help literary workers connect, and exchange ideas and knowledge with each other in a relaxed setting. It is like catching up for a coffee, but with a peer potentially miles away and over a screen.
It is open to any writer, librarian, bookseller, literary programmer or anyone who works in the writing world, who is currently residing in a City of Literature.
Asian Cinema Fund
The 2023 Asian Cinema Fund (ACF) is open for submissions in post-production, script development and documentary for Korean and Asian films.
ACF is committed to supporting more independent film productions and to setting up a stable production environment. ACF helps Asian feature films and documentaries establish their identities and position themselves as important parts of the film industry. During the Busan International Film Festival, ACF provides a forum for Asian filmmakers to share their knowledge, leading to a pan-Asian network. Also, in cooperation with other international film festivals, ACF enables high quality Asian films and documentaries to be presented around the world.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia