Salam dari Rumata'!

Bulan Juni terasa sangat spesial karena MIWF 2021 kembali digelar. Kami juga ingin menginformasikan bahwa film pendek Warisan karya sutradara film Riri Riza, sekaligus co-founder Rumata’ ArtSpace telah tayang di Pesta Raya Esplanade di Singapura. Ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang satu bulan terakhir, di antaranya pameran Warna Karsa kolaborasi dengan anak tunanetra Panti Yapti dan pameran Selang Imaji yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Makassar.
 
Selain itu, ada diskusi membicarakan reformasi melalui dua film, yakni Laut Bercerita dan You and I, serta artikel dari Cherelle Angeline tentang pengamatannya mengenai pendidikan seni, pengalaman dan prosesnya berkarya. Untuk menutup newsletter bulan ini, MIWF bekerjasama dengan Post Santa merilis hasil kurasi dari buku pilihan untuk direkomendasikan sebagai bahan diskusi di perayaan MIWF—Anthropause.
 
Terima kasih karena terus mendukung Rumata’.
 
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kerjasama Rumata' ArtSpace.
__

Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Penulis Bulan Juni 2021: Tim MIWF, Alif Aflah Yafie, Katriel Prasetya, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, William Pakan, Cherelle Angeline, Post Santa

Penerjemah: Edan Runge

Greetings from Rumata'! 

The month of June feels very special because MIWF 2021 is back. We would also like to inform you that the short film, Heritage, by film director and co-founder of Rumata' ArtSpace, Riri Riza, has been screened at the Esplanade Festival in Singapore. There are several activities that have been carried out over the past month, including the Color Karsa exhibition in collaboration with Panti Yapti blind children and the Selang Imaji exhibition organized by Makassar State University.
 
In addition, there were discussions about reform through two films, namely Laut Berkode and You and I, as well as an article by Cherelle Angeline about her observations about art education, experiences and the process of creating. To conclude this month's newsletter, MIWF is working together with Post Santa to release a curated selection of books to be recommended for discussion at the MIWF—Anthropause event.
 
Thank you for continuing to support Rumata'.
 
Regards,
Rachmat Hidayat Mustamin
Director of Programs & Cooperation at Rumata 'ArtSpace.
__

Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Author Contributors June 2021: Tim MIWF, Alif Aflah Yafie, Katriel Prasetya, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, William Pakan, Cherelle Angeline, Post Santa

Translator: Edan Runge

Teman-teman yang baik, 

Kami mengundang untuk menghadiri Makassar International Writers Festival 2021. Semua acara akan terselenggara secara virtual dan gratis. Tiap acara juga akan disiarkan secara langsung di Youtube Rumata’ Artspace pada tanggal 23-26 Juni 2021 nanti. 

Dalam acara festival kali ini, Nicholas Saputra akan mengajak kita untuk melihat keterkaitan alam dan manusia. Kita juga akan melihat perjalanan Marina Mahathir dalam mempersiapkan memoarnya, memproduksi podcast sambil menjalani lockdown di Kuala Lumpur. 

Dearest good friends

We cordially invite you to attend Makassar International Writers Festival 2021. All the events are conducted virtually and they are free of charge. These events are also going to be brodcasted through Rumata' Artspce Youtube from 23-26 June 2021. 

In Makassar International Writers Festival 2021, Nicholas Saputra will take you to experience the journey and see the bound between nature and humans. You will also see how Marina Mahathir deals with her memoar writing during the lock down in Kuala Lumpur. 

Warisan, Film Pendek Riri Riza Tayang Di Esplanade, Singapura

Warisan (Heritage), Riri Riza's Short Film Premiers at the Esplanade, Singapore

Riri Riza, sutradara film Indonesia sekaligus co-founder dan co-director Rumata’ ArtSpace akan tayang di Esplanade pada 10 Juni 2021, Singapura dalam program Pesta Raya – Malay Festival of Arts yang akan berlangsung dari tanggal 10 – 27 Juni 2021. Karya film pendek Riri Riza berjudul Warisan, sebuah refleksi dan renungan atas peninggalan dari Ibunya yang telah berpulang empat tahun yang lepas.

“Apabila kita meninggal dunia, apa yang kita tinggalkan?”

Dokumenter pendek yang digarap dengan sangat personal ini adalah upaya untuk membicarakan lebih jauh tentang warisan, legasi dan kenangan. Film ini diproduksi sebagai respons atas produksi Teater Ekamatra, Pulang Balik. 

Riri Riza, Indonesian film director as well as co-founder and co-director of Rumata' ArtSpace, premiered his film, Heritage (Warisan) at the Esplanade on 10 June 2021, Singapore at the Pesta Raya – Malay Festival of Arts program which will take place from 10 – 27 June 2021. Riri Riza's work, Heritage, is a reflection on the legacy of his mother who passed away four years ago.

"When we die, what do we leave behind?"

This very personal short documentary is an attempt to talk more about heritage, legacy and memory. This film was produced in response to the Ekamatra Theater’s production, Pulang Balik.
 

PAMERAN WARNA KARSA

WARNA KARSA EXHIBITION

Warna Karsa merupakan sebuah pameran karya multi-sensori hasil buatan tangan anak tunanetra dari Panti YAPTI (Yayasan Pembina Tunanetra Indonesia) Makassar. Pameran karya Warna Karsa ini diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi anak-anak tunanetra dari Panti YAPTI yang sudah berusaha untuk keluar dari “kepompong”nya dan telah mencoba untuk menghubungkan tunanetra dan ilustrasi yang notabene sebagian besar kegiatannya membutuhkan indra visual sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran / awareness orang-orang terhadap tunanetra yang ada di Makassar.

Warna Karsa yang dilaksanakan secara fisik dan virtual pada tanggal 15 Juni 2021 menampilkan hasil karya ilustrasi anak-anak tunanetra, proses pembelajaran dari awal mereka yang masih kurang familiar terhadap seni, hingga mereka yang berhasil membuat suatu karya yang kemudian diimplementasikan ke produk fashion sehingga menjadi karya seni yang fungsional namun tetap estetis, bukan hanya sekedar “lukisan abstrak” saja. Pameran karya ini juga merupakan sebuah program Community Engagement (pemberdayaan masyarakat) yang diadakan oleh Universitas Kristen Petra Surabaya kolaborasi dengan Rumata’ ArtSpace. Selain bersifat offline, pameran karya ini juga dilakukan secara virtual (daring) yang ditampilkan di Instagram Warna Karsa, yaitu @warna.karsa, pada tanggal yang sama, 15 Juni 2021, agar dapat diakses dengan mudah dan bisa menjangkau lebih scope masyarakat yang lebih luas. Kegiatan ini terbuka untuk umum melalui undangan khusus.

Warna Karsa is an exhibition of multi-sensory works made by blind children from Panti YAPTI (Indonesia’s Foundation for the Blind) Makassar. The Warna Karsa exhibition was held as a form of appreciation for the contribution of blind children from Panti YAPTI who have tried to get out of their "cocoon" and have tried to connect the blind with illustrations. Incidentally, most of the activities require the use of the visual senses as well as aim to increase awareness of the visually impaired in Makassar.
 
Color Karsa, which was held physically and virtually on June 15, 2021, featured illustrations created by children with visual impairments, the learning process from the beginning for those who were still not familiar with art, to those who succeeded in making an artwork which was then incorporated into fashion products and became a masterpiece. The exhibition included art that is functional but still aesthetic, not just “abstract painting”. This exhibition was also a Community Engagement program (for community empowerment) held by Petra Christian University Surabaya in collaboration with Rumata' ArtSpace. In addition to being offline, this work exhibition was also held virtually (online) and will be displayed on Warna Karsa's Instagram, @warna.karsa, having been recorded on the same date, June 15, 2021, so that it can be accessed easily and can reach a wider scope of society. This activity was open to the public by special invitation.

PAMERAN SELANG IMAJI

ALTERNATE IMAGE EXHIBITION

Selang imaji merupakan kegiatan pameran karya rupa yang bertemakan “re-imagination”. Dengan menghadirkan 10 mahasiswa aktif Fakultas Seni dan Desain UNM, prodi pendidikan seni rupa sebagai perupa. Dalam rangka menuntaskan mata kuliah studi khusus, mahasiswa menyajikan empat jenis keseni rupaan yakni lukis, illustrasi, kriya logam, dan kriya tekstil dalam bentuk batik. Selain pemajanga karya, kegiatan pameran, ada juga kegiatan lain seperti workshop pembuatan batik, sketsa bersama, diskusi bersama dan pemeragaan karya batik. Pameran ini bermaksud untuk mengenalkan karya dari mahasiswa agar dikenal oleh khalayak, agar mendapatkan perhatian khusus. Pameran ini tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa yang memiliki minat pada seni saja, melainkan sebagai sarana pembelajaran sekaligus mencatat perkembangan seni rupa di Makassar.

Alternate Image was an exhibition of works of art with the theme “re-imagination” that presented 10 active art students from the Faculty of Art and Design at UNM’s art education study program. In order to complete the special study course, students presented four types of fine arts, namely painting, illustration, metal crafts, and textile crafts in the form of batik. In addition to displaying works, there were also other activities such as batik making workshops, collaborative sketches, joint discussions and demonstrations of batik works. This exhibition intends to introduce the work of students to the public, in order to get special attention. This exhibition was not only aimed at students who have an interest in art, but also as a means of learning as well as recording the development of fine arts in Makassar.
 

TERUS MEMBICARAKAN REFORMASI

CONTINUING TO TALK ABOUT REFORM

Rumata’ kembali berinisiatif melaksanakan program tahunan yang selalu dianggap fundamental, yakni membicarakan Reformasi. Reformasi menjadi titik penting untuk kembali merumuskan berbagai isu di Indonesia, mengenai kebangsaan, keberagaman maupun demokrasi. Kami memilih medium film dan sastra sebagai pintu untuk kembali membahas reformasi mengenai keberhasilan dan kemunduran paska 1998. Kami sangat percaya dengan kolaborasi, kami memilih dua film yakni “Laut Bercerita” (Sutradara Pritagita Arianegara, 2017) dan “You and I” (Sutradara Fanny Chotimah, 2020).
 
Program REFORMASI: Pemutaran dan Diskusi Film ini diselenggarakan selama 2 (dua) hari secara daring yang diadakan melalui ZOOM Cloud via streaming YouTube di Rumata’ ArtSpace.
 
REFORMASI: Laut Bercerita

Deskripsi: Laut Bercerita (The Sea Speaks His Name) ialah sebuah film pendek adaptasi dari novel kedua Leila S. Chudori, disutradarai oleh Prita Arianegara dan diproduksi Cineria Films. Dari dasar laut, seorang lelaki berbicara tentang kematiannya, dan berbagi cerita tentang peristiwa yang mengarah pada peristiwa tersebut. Program ini bertujuan untuk membicarakan mengenai dampak reformasi, aktivisme serta perubahan setelahnya.
 
Panelis: Prof. Dr. Melani Budianta (Guru Besar FIB Universitas Indonesia), Leila S. Chudori (Penulis novel), Gita Fara (Produser), Prita Arianegara (Sutradara)
Moderator: Riri Riza
 
 
REFORMASI: You and I
Film “You and I” memotret perjalanan dua mantan narapidana politik Kaminah dan Kusdalini. Program ini akan mendiskusikan mengenai sisi lain dari reformasi, sejarah, stigma 65 serta sisi kemanusiaan.
Panelis: Ratrikala Bhre Aditya, Fanny Chotimah
Moderator: Intan Paramaditha

Rumata' again took the initiative to carry out an annual program that has always been considered fundamental, namely discussing the Reform movement (Reformasi). Reformasi was an important moment to re-formulate various issues in Indonesia, regarding nationality, diversity and democracy. We chose the medium of film and literature as a door to again discuss reforms and the successes and setbacks of post-1998 Reformasi. We strongly believe in collaboration and we chose two films, namely “Laut Bercepat” (Director Pritagita Arianegara, 2017) and “You and I” (Director Fanny) Chotimah, 2020).
 
REFORM Program: These film screenings and discussions were held for two days online via ZOOM Cloud and via YouTube streaming on Rumata' ArtSpace’s channel.

REFORM FILM: Laut Bercerita (The Sea Speaks His Name)
 
Description: The Sea Speaks His Name is a short film adaptation of Leila S. Chudori's second novel, directed by Prita Arianegara and produced by Cineria Films. From the bottom of the sea, a man talks about his death, and shares stories about the events that led up to it. This program aims to talk about the impact of reform, activism and subsequent changes in Indonesia.
Panelists: Prof. Dr. Melani Budianta (Professor of FIB, University of Indonesia), Leila S. Chudori (Novel writer), Gita Fara (Producer), Prita Arianegara (Director)
Moderator: Riri Riza
 
REFORM FILM: You and I
 
The film “You and I” captures the journey of two former political prisoners, Kaminah and Kusdalini. This program discusses the other side of reformasi, history, stigma and humanity. Panelists: Ratrikala Bhre Aditya, Fanny Chotimah
Moderator: Intan Paramaditha

Menyulam Masa Depan

Embroidering the Future

– Cherelle Angeline
 
Seni membuahkan kepekaan rasa individu terhadap komunitasnya, melampaui batas-batas komunikasi antara manusia. Menghabiskan waktu untuk merefleksikan pengolahan perasaan melalui seni, saya mulai sadar bahwa ada pendewasaan dan pengertian mendalam terhadap kehidupan ketika perasaan yang tidak pernah digali akhirnya dirangkul dengan erat. Munculnya sebuah resolusi berangkat dari empati dan kasih sayang terhadap sendiri. Dari situlah saya percaya ada kekuatan kesenian dalam kehidupan bagi anak-anak Indonesia untuk berempati dengan satu sama lain, memajukan budaya, dan keberadaban negara.
 
Peran seni terhadap kondisi manusia sangat jelas ketika pandemi di mana koneksi kita dibatasi karena kurangnya kehadiran fisik. Seni melalui platform digital mengisi jiwa kita dalam kenyamanan rumah kita sendiri. Seni menjadi pusat kehidupan kita selama masa-masa sulit, yang menunjukkan bahwa kesehatan mental didukung oleh energi kreatif di sekitar kita. Maka itu, seni dalam segala bentuk seharusnya lebih dihargai oleh bangsa kita dengan memberdayakan dan menghidupkan kreativitas lokal. Hal ini tidak hanya mewarnai hidup, namun juga memformulasi arah kehidupan sekarang dan masa yang mendatang. Kita tidak bisa melupakan kekayaan seni dan budaya negeri untuk generasi-generasi berikutnya.

– Cheryl Angelina
 
Art produces a sensitivity of individuals towards their community, beyond the boundaries of communication between humans. Spending time reflecting on the processing of feelings through art, I began to realize that there is maturity and a deep understanding of life when feelings that have never been explored are finally embraced passionately. The emergence of a resolution departs from empathy and compassion for oneself. From there, I believe that there is a potential for art to help Indonesian children to empathize with one another, promote culture, and civilize the country.
 
The role of art in the human condition is especially clear during a pandemic where our connections are limited due to a lack of physical presence. Art through digital platforms fills our souls in the comfort of our own homes. Art is at the centre of our lives during difficult times, which shows that mental health is supported by the creative energy around us. Therefore, art in all its forms should be more appreciated by our nation by empowering and animating local creativity. This art not only colours our lives, but also forms the direction of life now and in the future. We cannot forget the country's rich arts and culture for future generations.

Bersama dengan @post_santa, MIWF memberikan beberapa rekomendasi buku sebagai referensi bacaan untuk mendalami beberapa tema yang hadir di #MIWF2021. Seri buku ini tentunya bisa Teman MIWF dapatkan di @post_santa selama persediaan masih ada. Teman MIWF bisa cek daftar lengkapnya di @post_santa ya!

Tapi jangan berkecil hati, sebagai pembaca paham betul bahwa tidak semua selalu punya kesempatan untuk mengakses buku. Namun bukan berarti berhenti berusaha untuk membaca atau bahkan dijadikan alasan untuk beli buku bajakan.

Saatnya ambil sikap, agar kita tidak “mengheningkan cipta” atas isu pembajakan buku. Kami mengajak teman MIWF untuk mendiskusikan peran pembaca untuk memutus mata rantai pembajakan buku.

Tuliskan pendapatmu di kolom komentar IG MIWF untuk mendapatkan voucer belanja buku di @post_santa untuk seri bacaan #MIWF2021 . Baca ketentuan selengkapnya dalam postingan ini ya.

Together with @post_santa , MIWF provides several book recommendations as reading references to explore some of the themes that are present at #MIWF2021. Of course, MIWF’s friends can get this book series at @post_santa while supplies last. MIWF’s friends can check the full list at @post_santa!
 
But don't be discouraged, as a reader, you understand very well that not everyone has the opportunity to access books. But that doesn't mean you stop trying to read or even use it as an excuse to buy pirated books.
 
It's time to take a stand, so that we don't "stand in silence" over the issue of book piracy. We invite MIWF’s friends to discuss the role of readers in breaking the chain of book piracy.
 
Write your opinion in the comments section of IG MIWF to get a book shopping voucher at @post_santa for the #MIWF2021 reading series. Read the full terms and conditions in this post.