Semoga kabar baik selalu menyertai Sahabat Rumata’. Melalui nawala kali ini, kami mengabarkan beberapa informasi tentang kegiatan di Rumata’ ArtSpace di bulan Januari dan Februari 2024. Pada pertengahan Januari, AIYA Sulsel memperkenalkan budaya Bugis-Makassar melalui program AIYA Cultural Verse di Rumata’ ArtSpace bersama Konsulat Jenderal Australia di Makassar. Kabar baik juga datang dari kemitraan BREEZE di mana Ilona McGuire dan Andi Nur Azima akan mengeksplorasi hubungan antara budaya Makassar dan Aborigin yang terjalin dalam jaringan perdagangan kuno. Selain itu, Rumata’ telah kedatangan Kedutaan dan Konsulat Jenderal Amerika untuk membahas potensi kerja sama terkait pengadaan American Corner.
Informasi lain datang dari MIWF 2024 yang sedang mencari 5 penulis dan membuka kesempatan berkolaborasi. Juga peserta Bacarita Digital volume 2 yang telah merilis serial pangan lokal, bisa Sahabat Rumata’ tonton di youtube.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan Februari 2024: Tim Rumata', Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Ifdhal Ibnu,
Penerjemah: Edan Runge
May good news always accompany Sahabat Rumata’. Through this newsletter, we would like to inform you about some activities at Rumata’ ArtSpace in January and February 2024. In mid-January, AIYA South Sulawesi introduced Bugis-Makassar culture through the AIYA Cultural Verse program at Rumata’ ArtSpace in collaboration with the Australian Consulate General in Makassar. Good news also came from the BREEZE partnership, where Ilona McGuire and Andi Nur Azima will explore the relationship between Makassar and Aboriginal cultures intertwined in ancient trading networks. Additionally, Rumata’ hosted the visit of the US Embassy and Consulate General to discuss potential cooperation related to the establishment of an American Corner.
Other information comes from MIWF 2024, which is currently looking for 5 writers and opening collaboration opportunities. Also, the participants of Bacarita Digital volume 2 have released a series on local cuisine, which Sahabat Rumata’ can watch on YouTube.
We would be delighted if you would like to contribute by sending articles, reviews, or even critiques about Indonesian art and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that diversity of perspectives is one of the luxuries that we can continuously cultivate.
Greeting and happy reading!
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships for Rumata' ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors February 2024: Rumata's team, Khomeiny Imam, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, fdhal Ibnu,
Penerjemah: Edan Runge
Kunjungan Kedutaan dan Konsulat Jenderal Amerika ke Rumata’
The Visit of the US Embassy and Consulate General to Rumata’
Pada Senin pagi (5/2/24) Rumata’ ArtSpace kedatangan kunjungan dari perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Jakarta, Deputy Cultural Attace' Abraham Y. Lee dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat dari Surabaya Joshua Shen bersama Information Resource Center Director Christian N. Simanullang di Makassar.
Kunjungan tersebut bertujuan membahas potensi kerja sama antara Rumata’ ArtSpace dan Kedutaan Besar Amerika Serikat perihal penyediaan wadah informasi berupa American Corner dan Education USA atau layanan konsultasi pendidikan Amerika Serikat di Rumata’ ArtSpace. Kedatangan itu disambut baik oleh Rachmat Mustamin, Itha Ibnu dan Ifdhal Ibnu sebagai perwakilan dari Rumata’.
American Corner merupakan program kerja sama antara Kedutaan Besar Amerika Serikat dengan Indonesia yang saat ini sedang berjalan di beberapa universitas yang tersebar di seluruh Indonesia, yang dibentuk sebagai wadah informasi berupa pendidikan, politik, budaya, dan hal lainnya mengenai Amerika Serikat. Biasanya dipenuhi oleh buku-buku yang bisa dijadikan sumber untuk mengenal tentang Amerika Serikat atau agenda-agenda volunteering dan program-program yang beragam seperti bedah beasiswa, bedah budaya, diskusi, dan hal-hal lainnya.
Rumata’ menjadi salah satu pilihan kerja sama karena dinilai merupakan wadah penghubung bagi banyak komunitas dan masyarakat untuk saling bertemu dan berbagi banyak hal dalam seni dan kebudayaan di Kota Makassar. Pertemuan itu berlangsung hangat di halaman belakang yang ditemani beragam obrolan dengan kopi dan kue-kue khas Makassar.
On Monday morning (5/2/24), Rumata’ ArtSpace received a visit from representatives of the United States Embassy in Jakarta, Deputy Cultural Attaché Abraham Y. Lee, and the United States Consulate General in Surabaya Joshua Shen, along with Information Resource Center Director Christian N. Simanullang in Makassar.
The visit aimed to discuss potential collaboration between Rumata’ ArtSpace and the United States Embassy regarding the provision of information platforms such as the American Corner and Education USA or consulting services for education in the United States at Rumata’ ArtSpace. The visit was warmly welcomed by Rachmat Mustamin, Itha Ibnu, and Ifdhal Ibnu as representatives of Rumata’.
The American Corner is a collaboration program between the United States Embassy and Indonesia, currently operating in several universities across Indonesia, serving as an information hub for education, politics, culture, and other aspects of the United States. It usually consists of books that serve as sources to learn about the United States or various programs and volunteering agendas such as scholarship workshops, cultural workshops, discussions, and more.
Rumata’ was chosen as a collaboration partner because it is considered a connecting hub for many communities and people to meet and share various aspects of art and culture in Makassar City. The meeting took place warmly in the backyard accompanied by various conversations over coffee and typical Makassar cakes.
Jangan Sampai Sekip, MIWF Mengajakmu Berkolaborasi
Don't Miss Out, MIWF Invites You to Collaborate
Selain melalui jalur Emerging Writers, Ilustrator, Panelis, atau Volunteer, kamu juga bisa terlibat di MIWF 2024 lewat jalur ini 👇
Undangan Terbuka bagi siapa pun (penulis, budayawan, seniman, komunitas, penerbit, lembaga kebudayaan nasional, mitra pembangunan lokal, nasional, dan internasional, content creator, dll) yang berminat untuk berkolaborasi dengan kami.
In addition to the pathways of Emerging Writers, Illustrators, Panelists, or Volunteers, you can also get involved in MIWF 2024 through this pathway 👇
Open invitation to anyone (writers, cultural figures, artists, communities, publishers, national cultural institutions, local, national, and international development partners, content creators, etc.) who are interested in collaborating with us.
MIWF Mencari 5 Penulis 'Emerging Writers' 2024
MIWF is looking for 5 Emerging Writers for 2024.
OPEN CALL FOR EMERGING WRITERS MIWF 2024
Untuk kamu yang tertarik berpartisipasi, sila melihat dan mempelajari informasi lebih lanjut.
Atau bisa langsung saja daftarkan diri dan karyamu ke bit.ly/emergingwritersMIWF2024
Batas akhir pendaftaran: 23 Februari 2024.
OPEN CALL FOR EMERGING WRITERS MIWF 2024
For those interested in participating, please see and learn more information.
Or you can directly register yourself and your work at bit.ly/emergingwritersMIWF2024
Registration deadline: February 23, 2024.
TELAH TAYANG SERIAL PESERTA BACARITA DIGITAL 2: Temu Rasa, Beta & Sagu, Jelajah Rasa & Cerita
THE PARTICIPANTS' SERIES OF BACARITA DIGITAL 2 HAS AIRED: Temu Rasa, Beta & Sagu, Jelajah Rasa & Cerita
Cerita-cerita tentang perjalanan berkendara dan kopi, kerinduan masakan ibu di kampung halaman Mandar Sulawesi Barat atau sagu di Seram Bagian Timur adalah narasi yang diangkat oleh Pakopi, Kata Kerja dan Wanusinema. Tiga dari lima komunitas yang menjadi peserta Bacarita Digital 2.
Setelah menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran bersama para mentor, peserta Bacarita Digital 2 kembali ke daerah masing-masing dan ditugaskan untuk menggarap narasi mengenai pengetahuan pangan lokal yang ada di daerah mereka, kini telah dirampungkan dan menjadi penggalan serial yang bisa Sahabat Rumata’ tonton di Youtube.
Stories about the ritual of warding off evil with sticky rice in Berau, road trips and coffee, the role of women in preserving food in NTT, longing for mother's cooking in the hometown of Mandar, West Sulawesi, or sago in East Seram, are narratives presented by Tepian Kolektif, Pakopi, Bapalok, Kata Kerja, and Wanusinema. These five communities are participants in Bacarita Digital 2.
After completing the learning stages with mentors, the participants of Bacarita Digital 2 returned to their respective regions and were tasked with crafting narratives about the local food knowledge there, which have now been completed into segments that viewers can watch on YouTube through Sahabat Rumata'.
AIYA Sulsel Memperkenalkan Budaya Bugis-Makassar Melalui AIYA Cultural Verse
AIYA South Sulawesi Introduces Bugis-Makassar Culture Through AIYA Cultural Verse
Asosiasi Pemuda Australia-Indonesia (AIYA) Cabang Sulawesi Selatan bersama Konsulat Jenderal Australia di Makassar dan Rumata’ Artspace telah mengadakan acara pertukaran budaya melalui AIYA Cultural Verse pada hari Minggu 14 Januari 2024 di Rumata’ Artspace, Makassar. Acara ini dirancang untuk membina hubungan budaya antara pemuda Australia dan Indonesia melalui promosi seni dan budaya, khususnya dari daerah Sulawesi Selatan
Program ini merupakan bagian dari program kolaborasi yang lebih luas antara AIYA, University of Tasmania dan Australian Volunteer International untuk mendukung Program Global Opportunity (UniGo). Kolaborasi ini difokuskan pada pertukaran dan keterlibatan yang bermakna antara komunitas pemuda kami dan komunitas akademis internasional untuk menumbuhkan pemahaman budaya, berbagi pengetahuan, dan menciptakan pengalaman berharga bagi anggota AIYA Sulawesi Selatan dan mahasiswa Universitas Tasmania.
The Australian-Indonesian Youth Association (AIYA) South Sulawesi Chapter, together with the Australian Consulate General in Makassar and Rumata’ Artspace, held a cultural exchange event through AIYA Cultural Verse on Sunday, January 14, 2024, at Rumata’ Artspace, Makassar. This event was designed to foster cultural relations between Australian and Indonesian youth through the promotion of arts and culture, particularly from the South Sulawesi region.
This program is part of a broader collaboration between AIYA, the University of Tasmania, and Australian Volunteer International to support the Global Opportunity Program (UniGo). This collaboration focuses on meaningful exchange and engagement between our youth community and international academic communities to cultivate cultural understanding, share knowledge, and create valuable experiences for AIYA South Sulawesi members and University of Tasmania students.
BREEZE: Reviving Cultural Connections Across Seas – Ilona McGuire’s Exploration in Makassar, Indonesia”
Selama tinggal di Makassar, Indonesia, Ilona McGuire akan mengeksplorasi identitas dan koneksi di seluruh lautan yang mendahului kolonisasi Australia. Dia akan mengeksplorasi hubungan antara budaya Makassar dan Aborigin yang terjalin dalam jaringan perdagangan kuno, melacak jalur yang diletakkan oleh nenek moyang yang tak terhitung jumlahnya yang pernah berteman. Proyek Ilona akan mengeksplorasi bagaimana kita dapat bekerja sama untuk memperbaiki koneksi ini, melanjutkan jaringan perdagangan dan menciptakan sesuatu dari mana Orang-orang Pertama dari tanah dan perairan ini dapat menarik kekuatan.
Bersama dengan Andi Nur Azimah, Ilona mendirikan BREEZE, sebuah kemitraan baru antara PICA, Rumata’ Artspace dan Universitas Negeri Makassar yang menyediakan platform untuk mengumpulkan pengetahuan, mengeksplorasi koneksi budaya dan kesempatan untuk mengembangkan hubungan antar budaya antara Australia Barat dan Makassar, dua daerah yang terhubung oleh ikatan sejarah dan budaya antara Negara-negara Pertama Australia dan orang-orang Makassar yang koneksi mereka mendahului kolonisasi.
During her stay in Makassar, Indonesia, Ilona McGuire will explore identities and connections across the seas that predate Australian colonization. She will delve into the relationship between Makassar and Aboriginal cultures woven through ancient trading networks, tracing the paths laid by countless ancestors who once shared friendships. Ilona's project will explore how we can collaborate to mend these connections, continue trading networks, and create something from which the First Peoples of these lands and waters can draw strength.
Together with Andi Nur Azimah, Ilona has established BREEZE, a new partnership between PICA, Rumata’ Artspace, and Makassar State University providing a platform to gather knowledge, explore cultural connections, and opportunities to develop intercultural relationships between Western Australia and Makassar, two regions linked by historical and cultural ties between Australia's First Nations and the Makassar people whose connections predate colonization.
GORILLA: PECAHAN TANAH PENUH LUKA
GORILLA: A LAND FULL OF SCARS
Oleh: Khomeiny Imam
Jika melihat masa lalu, jelas sejarah dunia penuh kekerasan. Jejak-jejaknya yang hadir di seki tar kita juga tidak luput dibangun di atas tumpahan darah bahkan tumpukan mayat. Beberapa di antaranya timbul menjadi narasi mayor, beberapa harus tetap tertimbun dalam-dalam, implisit dan mesti digali.
Sejarah kelam gerilya DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Sulawesi Selatan misalnya, menjadi salah satu sejarah pemberontakan terlama di Indonesia yang ternyata masih banyak menimbun deretan lubang evidensi dan catatan-catatannya yang kelam. Konon, beberapa daerah di Sulawesi Selatan yang pernah dijadikan kanton DI/TII, warganya masih percaya bahwa Kahar Muzakkar sebagai sosok pemimpin pemberontakan DI/TII yang telah ditetapkan mati ditembak oleh militer Indonesia pada 3 Februari 1965 di Kecamatan Lasolo, Konawe Utara, sampai hari ini masih hidup. Wallahu alam bishawab.
Kian masa, wacana sejarah kerap menjadi kebutuhan utama dalam banyak praktik kesenian. Sebagai seorang seniman performans, kira-kira itu yang dilakukan oleh Rachmat Mustamin, menggali pecahan sejarah penuh luka atas tragedi Islamisasi DI/TII di kampungnya Bone, melalui sang nenek.
By: Khomeiny Imam
Looking back at history, it's clear that the world's history is full of violence. Its traces, present in our midst, are often built upon spilled blood and piles of corpses. Some of them emerge as major narratives, while others remain deeply buried, implicit, and must be unearthed.
The dark history of the DI/TII (Darul Islam/Indonesian Islamic Army) guerrilla in South Sulawesi, for example, is one of the longest-running rebellions in Indonesia, which apparently still hides many rows of evidence holes and its grim records. Allegedly, in some areas of South Sulawesi that were once used as DI/TII cantons, their residents still believe that Kahar Muzakkar, the figurehead of the DI/TII rebellion who was officially declared dead shot by the Indonesian military on February 3, 1965, in Lasolo Subdistrict, North Konawe, is still alive to this day. Wallahu alam bishawab (only Allah knows the truth).
As time goes by, historical discourse often becomes a primary necessity in many artistic practices. As a performance artist, Rachmat Mustamin, for example, digs into the shattered history full of scars of the DI/TII Islamization tragedy in his hometown of Bone, through his grandmother.
Kilas Balik Keseruan Makassar South East Asian Screen Academy (SEAScreen)
Flashback to the excitement of Makassar South East Asian Screen Academy (SEAScreen)
South East Asian Screen Academy (SEAscreen) merupakan program pelatihan dan pengembangan film yang diprakarsai oleh sutradara film, Riri Riza dan Rumata ’ArtSpace yang diadakan di Makassar. SEAscreen menghadirkan para pembuat film dari Asia Tenggara, baik mereka yang sudah terkemuka maupun pembuat film muda yang punya intensitas tinggi akan kolaborasi dan interaksi. SEAscreen membuka dialektika tentang budaya perfilman kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Oleh karena itu, tidak hanya pelatihan dan pengembangan film semata, SEAscreen juga mengadakan sub-program lain seperti diskusi panel, lokakarya, hingga pemutaran film. Lahirnya SEAscreen Academy juga salah satu upaya untuk memproduksi dan distribusi pengetahuan serta diskursus mengenai sinema di Indonesia, terkhusus Indonesia Timur.
The South East Asian Screen Academy (SEAscreen) is a film training and development program initiated by film director Riri Riza and Rumata ’ArtSpace, held in Makassar. SEAscreen brings together filmmakers from Southeast Asia, both established figures and young filmmakers with high intensity for collaboration and interaction. SEAscreen opens up a dialectic about the film culture in the Asian region, particularly Southeast Asia. Therefore, not only training and film development, SEAscreen also organizes other sub-programs such as panel discussions, workshops, and film screenings. The establishment of SEAscreen Academy is also an effort to produce and distribute knowledge and discourse about cinema in Indonesia, especially Eastern Indonesia.
Mengapa Indonesia Berpotensi Menjadi Kiblat Peradaban (Seni) Tertua di Dunia?
Why Indonesia Has the Potential to Become the Oldest Civilization (Art) Hub in the World?
Sedangkan di goa (situs Lubang Jeriji Saleh) di kawasan karst itu juga ditemukan hiasan berupa lukisan di tembok goa. Ada gambar binatang (zoomorphic) yang diduga adalah banteng Borneo dan tangan (hand stencil). Hingga saat ini, masyarakat masih bisa menyaksikan gambar-gambar itu di situs Lubang Jeriji Saleh. Setelah tidak menjadi hunian manusia purba, goa itu menjadi “galeri” yang memamerkan keindahan seni rupa pada puluhan ribu tahun lalu. “Galeri” tanpa kurator itu juga ditemukan di goa-goa di kawasan karst lainnya, seperti di Maros, Sulawesi Selatan.
Meanwhile, in the cave (Lubang Jeriji Saleh site) in the karst area, decorations in the form of cave wall paintings were also found. There are images of animals (zoomorphic) believed to be Borneo banteng and hands (hand stencil). Until now, people can still see these images at the Lubang Jeriji Saleh site. After no longer being inhabited by ancient humans, the cave has become a "gallery" showcasing the beauty of art tens of thousands of years ago. This "gallery" without a curator is also found in caves in other karst areas, such as in Maros, South Sulawesi.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia