Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2021. Kami dari Rumata’ ingin mengabarkan mengenai kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa pekan terakhir. Kami berupaya semaksimal mungkin untuk tetap konsisten berbagi informasi kepada sahabat Rumata’ mengenai kegiatan baik yang berlangsung di Rumata’ secara daring maupun luring. Segala upaya dilakukan untuk tetap terhubung dengan komunitas lokal dan secara luas di Indonesia Timur.
Bulan ini kami ingin mengabarkan bahwa film animasi, The Last Trepangers terpilih sebagai peserta di Akatara. Selain itu, rangkaian program seri webinar nasional mengenai kekerasan seksual yang sudah dirangkum dan percakapannya juga dapat disaksikan di Youtube Rumata’, serta kegiatan BERITATA (Berbagi Cerita Trauma) yang diselenggarakan oleh Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Sulawesi Selatan. Kami juga manutkan wawancara Lily Yulianti Farid dengan Sipakatuo mengenai ide dan gagasan bagaimana Rumata’ dan MIWF dapat berkembang selama lebih dari 10 tahun ini. Ada juga rekomendasi film yang dapat disaksikan untuk menemani malam natal dan tahun baru kita menuju 2022.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya atas segala dukungan dan partisipasi sahabat Rumata’ selama tahun 2021 ini, semoga di tahun depan, kita dapat bertemu dalam kegiatan-kegiatan yang lebih menyenangkan, berinteraksi langsung apabila kondisi sudah semakin membaik.
Di tahun depan, kami masih menerima bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam, dan selamat membaca!
Sampai jumpa,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
__
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Penulis Bulan Desember 2021: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, William Pakan, Ifdhal Ibnu, Abdussalam Syukri, Siti Nurul Aulia Khairatunnisa, Wahyuni Hatta
Penerjemah: Edan Runge
I can't believe we are already at the end of 2021. We from Rumata' would like to report on the activities that have taken place over the last few weeks. We try our best to remain consistent in sharing information with Rumata's friends about the activities that take place at Rumata' online and offline. Every effort is made to stay connected to the local community and at large in Eastern Indonesia.
This month we would like to inform you that the animated film, The Last Trepangers has been selected as a participant in Akatara. In addition, a series of national webinar series programs on sexual violence that have been summarized and the conversations can also be watched on Rumata' Youtube, as well as the BERITATA (Sharing Trauma Stories) activity organized by the Indonesian Institute of Arts and Culture (ISBI) South Sulawesi. We also follow Lily Yulianti Farid's interview with Sipakatuo about how Rumata' and MIWF can develop over the past 10 years. There are also movie recommendations that can be watched to accompany our Christmas and New Year's Eve towards 2022.
We thank you profusely for all the support and participation of Rumata's friends during 2021, hopefully next year, we can meet in more fun activities, interact directly when conditions are getting better.
Next year, we will be very happy if you are willing to be a contributor to submit writing, reviews, or even criticisms about Indonesian arts and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that the diversity of perspectives is one of the gift that we can give birth to continuously.
Greetings, and happy reading!
Regards,
Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace’s Director of Programs and Partnerships
__
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Author Contributors December 2021: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, William Pakan, Ifdhal Ibnu, Abdussalam Syukri, Siti Nurul Aulia Khairatunnisa, Wahyuni Hatta
Translator: Edan Runge
Pengungsi dari luar negeri yang ada di Makassar adalah komunitas yang unik datang dari beragam nasionalitas, suku, ras, bahasa dan agama. Keberadaan mereka menambah warna dan keragaman. Namun, sebagai warga asing dengan status sebagai pengungsi atau refugee, mereka menghadapi banyak tantangan selama tinggal di Indonesia sebagai negara transit. Salah satu di antaranya adalah proses beradaptasi dengan masyarakat lokal, baik yang berada di sekitar tempat tinggalnya maupun di kota Makassar secara keseluruhan yang mana kota Makassar sendiri merupakan salah satu kota besar yang memiliki banyak keragaman. Perbedaan budaya, bahasa, latar belakang, fisik dan warna kulit menjadi tantangan besar dalam berinteraksi dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal. Ditambah adanya berita-berita negatif dan pihak-pihak yang menyebarkan rumor tidak baik terhadap komunitas ini, menambah keadaan yang kurang menguntungkan.
Sementara, pada kenyataannya para pengungsi dari luar negeri ini adalah makhluk yang sama dengan orang lokal, dimana sama-sama memiliki rasa ingin dihargai, diterima, disayangi dan mau berinteraksi serta berkontribusi dalam masyarakat di mana mereka tinggal. Banyak di antara mereka melakukan kegiatan-kegiatan positif dan bergabung dengan komunitas lokal, seperti halnya kegiatan olah raga, keahlian, Pendidikan, seni dan budaya. Potensi dan keunikan mereka seharusnya bisa memberi warna dan dampak positif, namun hal ini masih kurang terfasilitasi dan terpublikasi.
BERITATA’ 2021 merupakan rangkaian kesenian yang diadakan oleh Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Sulawesi Selatan berkolaborasi dengan Rumata’ ArtSpace. Pertunjukan seni bukan hanya sekadar sarana hiburan, tetapi juga bisa menjadi cara untuk menyalurkan ekspresi dari para seniman. Pagelaran BERITA TA’ 2021 membuka kesempatan bagi para pekerja seni untuk menyampaikan pengalaman trauma mereka melalui media kesenian. Tujuannya sederhana, para seniman dapat menyampaikan traumanya kepada para penonton dengan cara yang elegan, eksentrik, dan tidak biasa. Ada banyak cara untuk menyampaikan pengalaman traumatis, di antaranya yaitu mengenali diri sendiri. Berkarya, bisa menjadi alternatif dalam ajang pengenalan diri. Pengalaman trauma, entah itu bencana alam, kecelakaan, kehilangan orang tercinta, kekerasan fisik, seksual, hingga psikologis dan sebagainya, hampir pasti pernah dialami oleh setiap insan. Pengalaman trauma yang terpendam, bagaikan bom waktu yang suatu waktu dapat meledak. Media kesenian mungkin adalah salah satu jalan untuk meledakkannya.
Oleh: Abdussalam Syukri
Seri Webinar Nasional yang bertajuk “Bersama Menciptakan Kampus yang Aman dari Kekerasan Seksual” diselenggarakan oleh The Body Shop yang berkolaborasi dengan Makassar International Writers Festival (MIWF). Seri Webinar Nasional kali ini diselenggarakan melalui media zoom mengingat bahwa kondisi dunia khususnya Indonesia yang saat ini masih berkutat pada situasi pandemi Covid-19. Seri Webinar Nasional ini disiarkan dari 8 kota berbeda di Indonesia selama 16 hari dalam rangka mengambil bagian dari Gerakan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang dimulai pada tanggal 25 November 2021. Jambi, Palembang, Banten, Bali, Makassar, Kupang, Ambon, dan Jayapura adalah 8 kota yang terpilih menyiarkan webinar ini.
Indonesia bebas dari kekerasan seksual menjadi tujuan yang digaungkan dari Seri Webinar Nasional ini. Dalam setiap sesi opening sebelum masuk ke dalam sesi seminar, Hannah Al Rashid, seorang aktris dan aktivis perempuan, tampil menyampaikan pesan tentang betapa pentingnya menciptakan ruang yang aman bagi diri kita sendiri dari aksi kekerasan seksual yang sewaktu-waktu bisa mengintai siapa saja dan di mana saja. “Selama hukum masih lemah, dirimu adalah senjata terbaik. Ciptakan ruang aman untuk dirimu sendiri dengan NO! GO! TELL!”, ujar perempuan yang pernah membintangi film “Jailangkung” ini.
Oleh: Siti Nur Aulia Kharatunnisa
Menurut Ibu Sri Wilyanti Eddyono untuk menciptakan kampus yang aman dari kekerasan seksual, walaupun di dalam Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021 tentang pencegahan penaganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi, sudah ditanda tangani, akan tetapi masih banyak yang pro dan kontra untuk diproses. Kasus pelecehan seksual tidak hanya bisa terjadi di suatu tempat dan tidak hanya kepada perempuan juga terjadi di multi gender, tidak hanya terjadi kepada mahasiswa tapi juga bisa terjadi kepada dosen. Jika dilhat dari data-data di dalam dan di luar negeri kampus termasuk wilayah kekerasan seksual yang tertinggi di ruang publik tapi paling sedikit terlaporkan. Disebabkan adanya kampus yang berintegritas sehingga isu-isu terjadinya kasus pelecehan seksual itu ditutup-tutupi, sedangkan kampus yang berintegritas itu adalah kampus yang dapat menangani, merespons dan melindungi korban kekerasan.
Oleh: Wahyuni Hatta
Seri Webinar Nasional: Bersama Menciptakan Kampus yang Aman dari Kekerasan Seksual Bali diadakan melalui media zoom (30/11/21). Bekerja sama dengan The Body Shop Indonesia, Makassar International Writers Festival dan komunitas perempuan Mahima. Ni Nyoman Clara Dewi selaku moderator, Ikhaputri Widiantin, M.Si. selaku pemateri, dosen di Program Sarjana Ilmu Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan saat ini ia juga mengampu kelas paradigma feminisme filsafat dan HAM metafisika filsafat seni dan juga estetika. Beliau pernah memegang project pendidikan hiasan jurnal perempuan dan menjadi redaksi jurnal perempuan pada periode 2009-2011 hingga sekarang sebagai editor lepas di jurnal perempuan. Beliau memiliki ketertarikan pada riset bertemakan feminisme seni kontemporer dan estetika terutama pada pemikiran objek dari Julia Kristeva. Luh Putu Anggreni, SH sebagai pemateri kedua adalah pengacara di LBH Apik Bali dan juga sekaligus pendiri dan sekretaris, saat ini beliau aktif di organisasi prajuru majelis desa adat provinsi Bali juga merupakan ketua Puspa di Denpasar. Beliau berpengalaman menjadi komisioner di KPID Bali dan dan juga ahli hukum PPA kota Denpasar.
Lily adalah sosok kekuatan pendukung bagi proyek kami selama beberapa tahun terakhir, yang menjadi salah satu alasan kami semua terhubung sejak awal. Lily berperan penting dalam hubungan kreatif antara Makassar dan Melbourne (Australia secara keseluruhan) sebagai seorang penggagas, fasilitator dan pendorong yang tak kenal lelah. Maka masuk akal bila kami berharap dapat menggali kebijaksanaan dan belajar sebanyak mungkin dari Lily.
Lily adalah salah satu pendiri dari Makassar International Writers Festival, acara tahunan yang bertujuan untuk mendorong perkembangan suara sastra dan mendukung penulis-penulis dari Indonesia Timur, wilayah kepulauan yang lama terabaikan dalam lingkaran kesusastraan nasional. Lily menerangkan kepada kami pentingnya mendorong dan mewadahi dunia penceritaan lokal, dan bagaimana keberagaman tersebut memperkaya tatanan sosial dan budaya.
Selagi menceritakan berdirinya Rumata’ dan perkembangan struktur dan misinya, Lily menjelaskan perannya sebagai seorang peneliti dan fasilitator lintas budaya. Bagi Lily, wadah yang telah ia bangun hadir dengan tanggung jawab sosial yang besar, dan harus dipergunakan untuk memberdayakan mereka yang terpinggirkan dan tidak punya suara. Posisi sebagai seorang peneliti dan fasilitator seni harus diakui dan diperhitungkan saat mengembangkan suatu proyek inisiatif, pastikan setiap proyek menguntungkan bagi yang bersangkutan, bahwa akses, konsultasi dan tindak lanjut merupakan inti dari setiap kegiatan yang berpusat pada komunitas.
Oleh: Siti Nur Aulia Khairatunnisa
List film dibawah ini akan sangat seru jika dinonton bersama keluarga, sahabat juga bahkan jika hanya kalian sendiri yang menontonnya, dikarenakan ada fillm yang lucu hingga membuat kalian mengeluarkan air mata, ada juga yang membuat kalian berderai air mata karena alur ceritanya yang sedih. Nah, ini dia list film tersebut:
1. Exit
Kalian pecinta film yang menegangkan? Nah, cocok banget nih kalian nonton film yang satu ini, berjudul “EXIT”. Film ini garapan dari negara Korea Selatan yang bergenre 'comedy action' disuguhkan ke dalam peristiwa yang merupakan bencana bagi masyarakat sekitar, film ini dibintangi oleh Cho Jung Seok dan Lim Yoon A. Film ini menceritakan tentang bencana gas beracun yang menyelimuti seluruh distrik di Seoul, Korea Selatan. Yong-nam (Cho Jung Seok) adalah Seorang pengangguran yang memiliki keahlian pemanjat tebing terbaik semasa kuliahnya. Ia gagal mendapatkan pekerjaan selama bertahun-tahun. Kini, dia harus bergantung pada orang tuanya hanya untuk bertahan hidup. Sedangakan Eui Joo (Lim Yoon A ) merupakan seorang pelayan restoran, Di gedung tempat Eui Joo bekerja, dia bertemu Yong Nam yang merupakan teman satu universitasnya dulu. Tiba-tiba, saat sedang menikmati suasana ulang tahun tersebut, terdapat pemberitahuan tentang gas beracun yang tersebar ke seluruh kota.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia