Halo Sahabat Rumata’,
Bulan ini adalah bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan itu kami refleksikan dengan ragam bentuk, namun yang paling kami usung ialah kemerdekaan untuk bercerita, kemerdekaan bernarasi dan kemerdekaan untuk mengekspresikan suara dalam ekspresi kesenian dan kebudayaan.
Mengalami kemerdekaan itu, bulan ini kami menginformasikan beberapa berita dari Rumata’, di antaranya Open Call residensi pertukaran seniman Makassar dan Perth, bertajuk Breeze, kolaborasi dengan Perth Institute of Contemporary Art dan Fakultas Seni dan Desain UNM. Selain itu, pertemuan dengan Konsulat-Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias membahas kelanjutan dan kemitraan Makassar dan Australia melalui aktivitas kesenian. Selain itu, ada pameran di kelas oleh mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Bosowa, yang telah berlangsung beberapa saat yang lalu.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan Agustus 2023: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Ifdhal Ibnu,
Penerjemah: Edan Runge
Hello Rumata Friends,
This month is the month of independence of the Republic of Indonesia. We reflect on this freedom in various forms, but what we most promote is the freedom to tell stories, the freedom to narrate and the freedom to express voices in artistic and cultural expressions.
Experiencing that independence, this month we are informing you of some news from Rumata', including an Open Call for an exchange residency for Makassar and Perth artists. Titled Breeze, this collaboration is between the Perth Institute of Contemporary Art and the UNM Faculty of Art and Design. In addition, the meeting with the Australian Consulate-General in Makassar, Todd Dias, discussed the continuation and partnership between Makassar and Australia through artistic activities. In addition, there was an exhibition in class by students of International Relations, Bosowa University, which took place a while ago.
We will be very happy if you are willing to become a contributor to send writing, reviews, or even criticism about Indonesian art and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that the diversity of perspectives is something we can always offer.
Regards,
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships for Rumata' ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors August 2023: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Ifdhal Ibnu,
Penerjemah: Edan Runge
OPEN CALL! BREEZE: Residensi Seniman Makassar dan Perth
Rumata’ Artspace, Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan, Indonesia, dan Perth Institute of Contemporary Arts (PICA) dengan senang hati mengumumkan program pertukaran seniman tahunan tiga tahun yang didukung oleh Project 11.
Dalam program ini, seniman Makassar diundang untuk mengajukan permohonan residensi empat minggu di Perth, Australia. Residensi ini mencakup ruang studio, akomodasi, dan tiket penerbangan pergi-kembali bagi seniman untuk menghabiskan waktu di Perth yang bertujuan utnuk menghubungkan seniman mukim dengan praktisi lokal, melakukan penelitian, mengembangkan praktek artistik mereka, dan membangun hubungan profesional dengan jejaring yang ada.
Program ini didirikan untuk memberikan kesempatan artistik dan mengembangkan hubungan antar budaya antara Australia Barat dan Makassar.
Rumata Artspace, Universitas Negeri Makassar (UNM), South Sulawesi, Indonesia, and Perth Institute of Contemporary Arts (PICA) are pleased to announce a three-year annual artist exchange program supported by Project 11.
In this program, Macassan artists are invited to apply for a four-week residency in Perth, Australia. Awarded to one practitioner a year, the residency includes studio space, accommodation, and a return airfare for the artist to spend time in Perth connecting with local practitioners, conducting research, developing their practice, and establishing professional connections.
The program is established to provide artistic opportunities and develop intercultural relations between Western Australia and Makassar.
Melanjutkan Kemitraan dengan Konsulat-Jenderal Australia dan Museum Nasional Australia
Continuing Partnership with the Australian Consulate-General and National Museum of Australia
Makassar, Kamis (28/07/2023) - Konsul-Jenderal Australia di Makassar, Bapak Todd Dias mengundang Rumata’ ArtSpace, yang diwakili oleh Rachmat Mustamin, Direktur Program dan Kemitraan, untuk makan malam membahas beberapa program kerjasama dalam waktu yang akan datang, serta perkenalan dengan Nadya Sinyutina, Manajer Museum Nasional Australia.
Pertemuan ini melanjutkan pembahasan hubungan Australia-Makassar dari ragam cerita kolaborasi dari beberapa kawan seniman. Misalnya, Asia Ramli Prapanca, Mansyur Muhayang Husain, Bu Nurul (Nunuk) Chamisany - Ketua Asosiasi Museum Sulsel, dan Guswan Gunawan. Selain berbagi cerita, pertemuan ini membahas rencana-rencana kolaborasi yang akan datang–termasuk yang paling dekat ini ialah residensi seniman Makassar-Perth dengan Perth Institute of Contemporary Art, didukung juga oleh Konsulat-Jenderal Australia.
Makassar, Thursday (28/07/2023) - Australian Consul-General in Makassar, Mr Todd Dias invited Rumata' ArtSpace, represented by Rachmat Mustamine, Director of Programs and Partnerships, to have dinner to discuss several potential collaboration programs, as well as an introduction to Nadya Sinyutina, Manager of the Australian National Museum.
This meeting continued the discussion on Australia-Makassar relations from various collaborative stories from several artist friends. For example, Asia Ramli Prapanca, Mansyur Muhayang Husain, Bu Nurul (Nunuk) Chamisany - Head of the South Sulawesi Museums Association, and Guswan Gunawan. Apart from sharing stories, this meeting discussed collaborative plans – including the upcoming Makassar-Perth artist residency with the Perth Institute of Contemporary Art, also supported by the Australian Consulate-General.
Pameran Di Kelas Sebagai Proses Pembelajaran Mahasiswa
Exhibition in Class as a Student Learning Process
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Bosowa menggelar kegiatan pameran akhir semester bertajuk Pameran di Kelas selama dua hari (18/19 Juli 2023) yang dilaksanakan di Rumata’ Art Space. Kegiatan yang memasuki tahun ketiga pelaksanaannya ini mengangkat tema Art and The Politics of Creating Possibilities.
Kegiatan ini merupakan bagian dari evaluasi akhir semester untuk beberapa mata kuliah yang berbasis proyek seni, yaitu: Budaya Pop dan Politik Global, Ekonomi Kreatif dan Pembangunan Global, Migrasi Global, Diplomasi Budaya, Gender dan Hubungan Internasional dan Sistem Ekonomi Indonesia.
Yang agak berbeda tahun ini, karena beberapa project mata kuliah melibatkan beberapa dosen praktisi dari beberapa komunitas berbasis seni di Makassar seperti Rumata’ Art Space, Siku Ruang Terpadu dan Kedai Buku Jenny dalam program Praktisi Mengajar.
Pameran di Kelas kali ini memamerkan berbagai karya, mulai dari poster, lukisan, art journal hingga seni instalasi. Selain itu, beberapa kelompok mahasiswa menyuguhkan pementasan teater dan beberapa yang lain menggelar bazar. Keseluruhan karya yang dipamerkan dan dipentaskan merupakan hasil dan sekaligus tugas akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
Di sela kegiatan pameran juga dilaksanakan sesi diskusi. Pada sesi diskusi di hari pertama membahas tentang praktik hubungan internasional melalui seni yang menghadirkan Bapak Nurabdiansyah dari Universitas Negeri Makassar dan Bapak Zulkhair Burhan dari Universitas Bosowa. Di hari kedua, diskusi menghadirkan dua dosen praktisi yakni Harnita Rahman (Kedai Buku Jenny) dan Rachmat Mustamin (Rumata’ Art Space. Keduanya menceritakan pengalaman mengelola model pembelajaran kreatif selama berkolaborasi di Prodi HI UNIBOS. Dan di sesi terakhir, diskusi menghadirkan perwakilan mahasiswa dari angkatan 2020 hingga 2022 sebagai narasumber. Ketiganya menceritakan kesan dan tentunya evaluasi terkait proses pembelajaran berbasis project yang mereka laksanakan hingga akhir semester.
Pameran di Kelas tahun ini untuk pertama kali dilaksanakan di luar kampus. Selain karena jumlah karya yang cukup banyak dan tidak memungkinkan untuk dipamerkan di ruang kelas seperti tahun-tahun sebelumnya, ini sekaligus untuk memberi pengalaman baru bagi mahasiswa dalam mengelola kegiatan di luar kampus. Dan tentu sebagai bentuk nyata dari kolaborasi dengan pihak di luar kampus.
The International Relations Study Program at Bosowa University held an end-of-semester exhibition entitled Exhibition in Class for two days (18/19 July 2023). This was held at Rumata' Art Space. The activity, which is entering its third year of implementation, carries the theme Art and The Politics of Creating Possibilities.
This activity is part of the end of semester evaluation for several subjects based on art projects, namely: Pop Culture and Global Politics, Creative Economy and Global Development, Global Migration, Cultural Diplomacy, Gender and International Relations and the Indonesian Economic System.
What is a bit different this year is that several subject projects involve several practicing lecturers from several art-based communities in Makassar such as Rumata' Art Space, Siku Ruang Terpadu and Jenny's Bookstore in the Teaching Practitioner program.
The exhibition in Class this time showcased various works, ranging from posters, paintings, art journals to installation art. In addition, several student groups presented theater performances and several others held bazaars. The entire works that are exhibited and staged are the results and at the same time the final task of the learning process that was carried out before.
During the exhibition, discussion sessions were also held. The discussion session on the first day discussed the practice of international relations through art. This was presented Mr. Nurabdiansyah from Makassar State University and Mr. Zulkhair Burhan from Bosowa University. On the second day, the discussion presented two practicing lecturers, namely Harnita Rahman (Jenny's Bookstore) and Rachmat Mustamine (Rumata' Art Space). Both of them shared their experiences in managing creative learning models while collaborating in HI UNIBOS Study Program. And in the last session, the discussion presented student representatives from batch 2020 to 2022 as resource persons.The three of them shared their impressions and of course evaluations regarding the project-based learning process that they carried out until the end of the semester.
This year's Class Exhibition was held outside the campus for the first time. Apart from the fact that the number of works is quite large and it is not possible to be exhibited in classrooms like in previous years, this is also to provide new experiences for students in managing activities outside the campus. And of course as a real form of collaboration with parties outside the campus.
Performance Lecture: Gorilla
Performance Lecture: Gorilla
Setiap pulang kampung ke Bone, Sulawesi Selatan, Rachmat mendengarkan kisah-kisah dari Neneknya, Andi Manika. Rachmat tumbuh dan berpikir tentang trauma keluarga yang pernah dialaminya sewaktu islamisasi dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) tahun 1960an. Melalui performance lecture ini, Rachmat membagikan fragmen-fragmen narasi Neneknya dalam upaya membaca kenyataan hari ini dan membuka percakapan.
EPHEMERA adalah program Indonesian Visual Art Archive (IVAA) yang menitikberatkan pada keragaman budaya dokumentasi yang ada di sekitar kita. Kita percaya bahwa kerja dokumentasi, pengarsipan, permuseuman hingga perpustakaan merupakan elemen penting dalam produksi pengetahuan dan menggerakkan demokrasi. Yang menjadi tantangan adalah bahwa kerja-kerja ini tidak bisa dilepaskan dari konteks masyarakat kita, masyarakat bekas jajahan, dengan segenap kompleksitas persoalan dan kreativitasnya.
Every time he returns home to Bone, South Sulawesi, Rachmat listens to stories from his grandmother, Andi Manika. Rachmat grew up and thought about his family trauma during the Islamization of Darul Islam/Indonesian Islamic Army (DI/TII) in the 1960s. Through this performance lecture, Rachmat shares fragments of his grandmother's narrative in an effort to read today's reality and open conversations.
EPHEMERA is an Indonesian Visual Art Archive (IVAA) program that focuses on the diversity of documentation culture that surrounds us. We believe that documentation, archiving, museums and libraries are important elements in knowledge production and driving democracy. The challenge is that these works cannot be separated from the context of our society, the ex-colonial society, with all the complexity of the problems and creativity.
Pre-Launch Novel Nights of a Thousand Hells by Intan Paramaditha : “For the sake of Jannah he created Hell”
Disclaimer: Trigger warning, blood mentions
MAKASSAR – Perhelatan Makassar International Writers’ Festival 2023 menjadi kesempatan bagi para penggemar untuk mendengarkan Intan Paramaditha bercerita mengenai novel terbarunya Malam Seribu Jahanam, untuk pertama kali.
Agenda pre-launch novel Malam Seribu Jahanam bertempat di area Chapel, Fort Rotterdam pada hari Sabtu (10/6/2023) yang juga dihadiri oleh Mirna Yulistianti, selaku Senior Editor Gramedia Pustaka Utama serta Ilda Karwayu selaku moderator untuk sesi pre-launch ini.
Malam Seribu Jahanam merupakan kisah dari tiga dara yang hidup bersama Nenek Victoria. Tiga cucu nenek Victoria ini memiliki nasibnya masing-masing. Dara pertama ditakdirkan menjadi seorang penjaga, lalu dara kedua merupakan seorang pengelana. Dan dara terakhir menerima takdir sebagai pengantin. Yang kemudian rumah mereka hancur dalam ledakan bom bunuh diri.
Novel yang bertema ‘gothic’ ini merupakan karya Intan Paramaditha yang ke-2 setelah merilis Gentayangan di tahun 2017. Intan berbagi cerita mengenai proses kreatif yang dilewatinya selama penulisan buku.
Disclaimer: Trigger warning, blood mentions
MAKASSAR – The 2023 Makassar International Writers' Festival is an opportunity for fans to hear Intan Paramaditha talk about her latest novel, Malam Seribu Jahanam, for the first time.
The pre-launch agenda for the novel Malam Seribu Jahanam took place in the Chapel area, Fort Rotterdam on Saturday (10/6/2023), which was also attended by Mirna Yulistianti, as Senior Editor of Gramedia Pustaka Utama and Ilda Karwayu as moderator for this pre-launch session.
Malam Seribu Jahanam is the story of three virgins who live with Grandma Victoria. The three grandchildren of Victoria's grandmother have their own destiny. The first virgin was destined to be a caretaker, the second virgin was a traveler. And the last virgin accepts destiny as a bride. Then their house was destroyed in a suicide bomb blast.
This 'gothic' themed novel is Intan Paramaditha's second work after releasing Gentayangan in 2017. Intan shared stories about the creative process she went through while writing the book.
Makassar Auto-toon - Gertjan Zuilhof - Artist in Residence
Auto Cartoon Makassar is Rumata' Artist in Residence Program which was started on 16th of August 2012 featuring Gertjan Zuilhof (Netherlands). He spontaneously visualizes ideas or objects using various kinds of media, from used papers, seminar notes, restaurant napkins, booklets, to stationeries including envelopes, mail letters, etc.
Gertjan Zuilhof tries a different approach in creating his work during his 3-week stay in Makassar: Mural. This is Gertian Zuilhof's first visit to Makassar and he will be expressing his feeling about this city through his drawings that would certainly have special meanings to him. Gertian Zuilhof who is also a professional film programmer for one of the most leading film festivals in Europe will also share his experiences with art and cultural communities in Makassar. His exhibition will also mark the opening of Rumata' Gallery on August 31st, 2012.
7 Open Call yang Gak Boleh Kamu Skip - Art Calls Indonesia
KISP BANGGAI – Festival Sastra Banggai (FSB) tahun ini akan digelar pada 6-9 September 2023. Isu perubahan iklim menjadi tema besar yang akan diperbincangkan dalam edisi ke-7 pergelaran FSB.
Tema festival tahun FSB 2023: Mendedah Cuaca, Memperpanjang Usia Bumi.
"Festival Sastra Banggai pelaksanaan ke-7 ini kami menyebutnya ‘narasi ke-7’. Tema besarnya adalah perubahan iklim,” ujar Direktur Festival Sastra Banggai Ama Achmad pada acara Peluncuran Tema FSB, Rabu (26/7/2023), di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Luwuk.
FSB digagas pertama kali pada 2017 oleh sejumlah anak muda yang tergabung dalam jaringan relawan literasi Babasal Mombasa. Penyelenggaraan FSB diproyeksikan untuk menginisiasi terbangunnya ekosistem literasi di daerah, khususnya di wilayah “Banggai Bersaudara” (Kabupaten Banggai, Banggai Laut, dan Banggai Kepulauan).
Untuk tahun ini, Ama bersama rekan-rekannya di Babasal Mombasa memutuskan memilih isu perubahan iklim karena gelisah akan dampak nyata perubahan iklim yang dirasakan hampir di seluruh belahan bumi.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia