Empat puluh hari, Kak Lily telah mendahului kita. Namun, semangat yang ia torehkan kepada kami di Rumata’ tak lekang oleh waktu. Kami bangga meneruskan newsletter ini sebagai bagian informasi untuk menceritakan gagasan-gagasan baik dari dan untuk Indonesia Timur.
Bulan ini, MIWF telah mengumumkan ‘Penulis Emerging Writers’ terpilih, selain itu, pendaftaran Bacarita Digital masih terbuka. Program dari Kinefilia membicarakan film-film dari Makassar melalui ‘Cinemata’ Hari Ini’. Ada tulisan mengenai Kak Lily oleh Maria Pankratia, juga refleksi kami di Rumata’ tentang Kak Lily sebagai ‘penenun ulung’. Efek Rumah Kaca juga telah menyambangin Rumata’ dengan menyuguhkan album baru, Rimpang, yang disaksikan pada 8 April 2023 yang lalu.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Salam,
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Bulan April 2023: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Miftahul Aulia, Ita Ibnu, Riri Riza, Riswan, Maria Prankatia, Ifdhal Ibnu
Penerjemah: Edan Runge
It’s been forty days since our Sister Lily left us. However, the passion that she instilled in us at Rumata is timeless. We are proud to continue this newsletter to share good ideas from and for Eastern Indonesia.
This month, MIWF has announced the writers selected for the 'Emerging Writers'. Besides that, registration for Bacarita Digital is still open. The program from Kinefilia discusses films from Makassar through 'Cinemata' Hari Ini'. There is writing about Sister Lily by Maria Pankratia, as well as our reflection from Rumata' about Sister Lily as a 'master weaver'. Efek Rumah Kaca has also visited Rumata' by presenting their new album, Rimpang, which we witnessed on 8 April 2023.
We will be very happy if you are willing to become a contributor to send writings, reviews, or even criticism about Indonesian art and culture, especially Eastern Indonesia. We believe that sharing diverse perspectives is something we can always offer.
Regards,
Rachmat Mustamin
Director of Programs and Partnerships for Rumata' ArtSpace
Newsletter's team of Rumata' ArtSpace:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Mustamin
Contributors April 2023: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Khomeiny Imam, Miftahul Aulia, Ita Ibnu, Riri Riza, Riswan, Maria Prankatia, Ifdhal Ibnu
Penerjemah: Edan Runge
Penulis Emerging Writers Terpilih dari Kawasan Timur Indonesia!
Emerging Writers Selected from Eastern Indonesia!
Setelah menyeleksi sebanyak 221 naskah, akhirnya Erni Aladjai, Faisal Oddang dan Theoresia Rumthe memilih 5 naskah terbaik dari Kawasan Timur Indonesia untuk Makassar International Writers Festival (MIWF) 2023.
Selamat kepada 5 Emerging Writers #MIWF2023 terpilih yang akan mengikuti serangkaian kegiatan terkait kepenulisan, pembangunan jejaring, dan tentu saja kesempatan untuk membacakan karya di panggung MIWF.
Sekali lagi, selamat untuk para Emerging Writers terpilih, dan terima kasih kepada para kurator yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menyeleksi ratusan naskah yang masuk.
After reading 221 manuscripts, finally Erni Aladjai, Faisal Oddang and Theoresia Rumthe chose the 5 best manuscripts from Eastern Indonesia for the Makassar International Writers Festival (MIWF) 2023.
Congratulations to the 5 selected #MIWF2023 Emerging Writers who will take part in a series of activities related to writing, networking, and of course the opportunity to read works on the MIWF stage.
Once again, congratulations to the selected Emerging Writers, and thanks to the curators who have taken the time and effort to make their selection from the hundreds of submitted manuscripts.
Bacarita Digital Vo.2, Daftar Segera!
Bacarita Digital Vo.2, Register Now!
Rumata’ ArtSpace dengan bangga membuka kembali program untuk memperkuat kapasitas komunitas Indonesia Timur dalam memproduksi konten digital yang tidak hanya baik dan unik, tetapi juga terukur untuk bertemu penonton yang tepat. Bacarita Digital ialah lokakarya produksi konten digital dalam tiga tahapan untuk komunitas Indonesia Timur dengan mengundang kreator konten, mentor, pemateri dan pembuat film terkemuka Indonesia yang akan berlangsung di Rumata’ ArtSpace dan Komunitas Lokal secara hybrid (daring dan luring) selama bulan Juni 2023 - Februari 2024. Program ini bertujuan untuk bersama-sama membangun wawasan dan identitas keragaman dengan konten digital sebagai ujung tombak pendokumentasian, pengarsipan dan promosi kota/daerah serta terciptanya ekosistem distribusi pengetahuan dan kecakapan digital yang setara sehingga komunitas budaya di Indonesia Timur dapat menyuarakan sendiri aspirasi/ekspresi mereka dengan pendekatan yang lebih terbuka dan populer.
Rumata' ArtSpace is proud to reopen this program to strengthen the capacity of the East Indonesian community in producing digital content that is not only good and unique, but also scalable to meet the right audience. Bacarita Digital is a three-stage digital content production workshop for the East Indonesian community which invites leading Indonesian content creators, mentors, presenters and filmmakers. Bacarita Digital will take place at Rumata' ArtSpace and in Local Communities in a hybrid manner (online and offline) during June 2023 - February 2024. This program aims to jointly build diverse insights and identities with digital content as the spearhead of documenting, archiving and promoting cities/regions as well as creating an equal distribution of digital knowledge and skills so that cultural communities in Eastern Indonesia can voice their own aspirations and expressions with a more open and popular approach.
Sesi Dengar Audio Visual Album “Rimpang” Efek Rumah Kaca
A Session to Listen to the Audio Visual Album "Rimpang" (Rhizome) of Efek Rumah Kaca
Pada tanggal 8 April 2023, Rumata' Artspace berkolaborasi dengan Prolog mengadakan Sesi Dengar Audio Visual Album “Rimpang” dari band Efek Rumah Kaca (ERK), yang diselenggarakan serentak di beberapa kota di Indonesia hingga Kuala Lumpur dan Penang, Malaysia. Dalam acara ini, pengunjung diajak untuk menikmati musik secara audio visual dari album Rimpang yang diputar dengan sound system.
Rimpang adalah album ke-empat yang dirilis pada 23 Januari 2023 kemarin, bisa dibilang sebagai karya musik yang cukup mencerminkan kedewasaan ERK dalam berkarya. Membawa nuansa musik yang lebih terdengar organik dan kompleks, album ini mengusung tema-tema yang beragam, mulai dari isu sosial politik, dan kegelisahan yang berkenlindan di dalamnya, termasuk cinta di tengah-tengah ode perlawanan. Dalam acara yang digelar di Rumata' ArtSpace itu, pengunjung diajak untuk dapat lebih memahami makna dari setiap lirik lagu dan nuansa musik yang ingin disampaikan ERK.
Secara keseluruhan, acara ini memberikan pengalaman yang lebih dalam dan intim bagi para penikmat musik ERK, secara visual dan kekhusyuan mendengar, merasakan lirik dan memahami setiap emosi dan perasaan yang ingin disampaikan oleh Rimpang. Sesi Dengar Audio Visual Album “Rimpang” terbilang berhasil memberikan pengalaman yang unik bagi penggemarnya untuk kembali lagi mendengarkan satu album secara utuh, penuh dan berurutan tanpa ada gangguan. Sungguh kesan yang begitu mendalam bagi mereka yang datang di hari itu.
On April 8 2023, Rumata' Artspace collaborated with Prolog to hold an Audio Visual Listening Session for the “Rimpang” album from the Efek Rumah Kaca (ERK) (The Greenhouse Effect) band, which was held simultaneously in several cities in Indonesia as far as Kuala Lumpur and Penang, Malaysia. In this event, visitors were invited to enjoy audio-visual music from the Rimpang album which was played with a sound system.
Rimpang is the group’s fourth album, which was released on January 23 2023. You could say it is a piece of music that quite reflects ERK's maturity in production. Bringing a musical nuance that sounds more organic and complex, this album carries various themes, ranging from socio-political issues, and the anxiety that is intertwined in them, including love in the midst of an ode to resistance. In the event that was held at Rumata' ArtSpace, visitors were invited to better understand the meaning of each song's lyrics and the nuances of the music that ERK wanted to convey.
Overall, this event provides a deeper and more intimate experience for ERK music lovers, visually and specifically listening and feeling the lyrics while understanding every emotion and feeling that Rimpang wants to convey. The Rimpang Audio Visual Album Listening Session was successful in providing a unique experience for its fans to return to listening to one album in its entirety, in full and sequentially without any interruptions. What a deep impression it left on those who came that day.
Oleh: Riswan, Sinefil
Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail menandai peringatan Hari Film Nasional 30 Maret. Menjadikan bulan Maret dirayakan sebagai bulan film nasional. Sebagai upaya merayakan bulan film nasional ini, pada hari Minggu tanggal 19 Maret 2023, Kinefilia kembali melakukan acara pemutaran film di Rumata’ Art Space. Acara pemutaran bertajuk Cinemata’ Hari Ini kemudian dilaksanakan selama satu hari dari siang hingga malam, memutar berbagai macam film-film lokal karya para sineas Makassar. Bertujuan untuk mengapresiasi dan memetakan ekosistem perfileman Makassar, berbagai khayalakpun ramai-ramai ke Rumata’ Art Space menonton film-film yang disajikan. Adapun film-film yang ditayangkan berjumlah 11 film dan terbagi menjadi 3 bagian program: Program Film Pendek 1 menayangkan 5 film pendek sesi pertama, Program Film Pendek 2 menayangkan 5 film pendek sesi kedua, dan Program Special Screening menayangkan 1 film panjang spesial yang menjadi cult classic kalangan penikmat sinema Makassar.
By: Riswan, Sinefil.
Blood and Prayer (1950) by Usmar Ismail marked the commemoration of National Film Day on March 30. Make March celebrated as national film month. As an effort to celebrate this national film month, on Sunday, March 19 2023, Kinefilia again held a film screening event at Rumata' Art Space. A screening program titled Cinemata' Hari Ini was then held for one day from noon to night, showing various kinds of local films by Makassar filmmakers. Aiming to appreciate and map Makassar's film ecosystem, audiences flocked to Rumata' Art Space to watch the films presented. The 11 films shown were divided into 3 program parts: Short Film Program 1 screened the first 5 short films, Short Film Program 2 screened 5 short films in the second session, and the Special Screening Program screened 1 special feature film which became a cult classic among Makassar cinema connoisseurs.
Lily Yulianti Farid: Connecting, Connecting, Uniting
Oleh: Riri Riza, Ita Ibnu, Rachmat Mustamin
Lily Yulianti Farid, telah pergi lebih dulu dengan meninggalkan begitu banyak cerita yang tumbuh. Lily, sapaan akrab kami atau, Kak Lily, bagi banyak relawan dan teman teman muda memanggilnya.
Salah satu hal pertama yang seketika mengingatkan kami ketika ingin menuliskan kenangan mengenai Lily, ialah “simpul.” Kata ‘simpul’ barangkali merupakan kata yang hampir selalu kami dengar ketika bertemu di ‘Weekly meeting Rumata’ yang berlangsung tiap hari Rabu atau Jum’at pagi, setiap pekannya.
Dalam Bahasa Bugis, simpul itu ialah tulu, yang bermakna tali. Dulu, tali terbuat dari olahan akar-akaran, serat pohon, linen maupun rerumputan. Tali juga memiliki kekuatan, sehingga dapat digunakan untuk menarik maupun mengangkat barang. Secara fungsi, tali berguna untuk menyambung, menghubungkan, dan menyatukan sesuatu yang telah putus maupun yang belum pernah tersambung sama sekali. Dan, profesi pertama yang langsung terbayang ialah penenun (pattennung).
By: Riri Riza, Ita Ibnu, Rachmat Mustamin
Lily Yulianti Farid has gone, leaving behind so many growing stories. Lily, was one of her nicknames, as was Kak (Sister) Lily, which many volunteers and younger friends called her.
One of the first things that immediately reminds us when we want to write down memories about Lily, is the "knot." The word 'knot' is perhaps a word that we almost always hear when we meet at the 'Rumata Weekly meeting' which takes place every Wednesday or Friday morning, every week.
In the Bugis language, the knot is tulu, which means rope. In the past, rope was made from processed roots, tree fibers, linen and grass. The rope also has strength, so it can be used to pull or lift things. Functionally, a rope is useful for connecting, connecting, and uniting something that has been broken or that has never been connected at all. And, the first profession that immediately comes to mind is a weaver (pattennung).
Thank you, Sister Lily Yulianti Farid!
Oleh: Maria Prankatia
Ketika saya mulai menulis obituari ini, sepuluh hari telah berlalu sejak kepergian Kaka Lily Yulianti Farid. Selama sepuluh hari itu pula, media sosial dibanjiri ucapan belasungkawa dan kisah-kisah kebersamaan dengan Ka Lily yang berita kematiannya datang sangat tiba-tiba. Tanggal 10 Maret 2023, Ka Lily menghembuskan nafas terakhirnya di Peter MacCallum Cancer Centre Melbourne setelah bertarung melawan Kanker Ovarium yang baru terdiagnosis pada Agustus 2022 lalu.
Saya bertemu Ka Lily untuk pertama kalinya pada tahun 2017 di Makassar. Setelah tiga tahun berturut-turut mencoba mengirim karya ke Makassar International Writers Festival, nama saya akhirnya muncul di antara empat nama lainnya sebagai Emerging Writers.
Sejujurnya, saya akhirnya kenal dan tahu bahwa Ka Lily adalah Penggagas Rumata Art Space dan Direktur MIWF baru di hari pertama festival, ketika saya dan kawan-kawan emerging diajak oleh Kaka Aan Mansyur (salah satu kurator MIWF) untuk duduk bersenda gurau di halaman Benteng Fort Rotterdam, tempat festival dilaksanakan. Malam harinya, Ka Lily tampil menyampaikan pidato pembukaan di panggung MIWF ke-7. DIVERSITY. Dan untuk pertama kalinya, saya menyaksikan pidato bilingual (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) yang disampaikan dengan sangat baik; terstruktur, tulus penuh semangat, dan tanpa teks. Tidak ada suara lain yang terdengar selama Ka Lily bicara, para hadirin seperti terhipnotis.
By: Maria Prankatia
When I started writing this obituary, ten days had passed since the departure of Sister Lily Yulianti Farid. During those ten days, social media was flooded with condolences and stories of togetherness with Sister Lily, whose passing came very suddenly. On March 10 2023, Ka Lily breathed her last breath at Melbourne's Peter MacCallum Cancer Center after fighting Ovarian Cancer which was diagnosed in August 2022.
I met Sister Lily for the first time in 2017 in Makassar. After three years in a row trying to submit works to the Makassar International Writers Festival, my name finally emerged among the four other names as Emerging Writers.
To be honest, I finally got to know and know that Ka Lily is the initiator of Rumata Art Space and the new MIWF Director on the first day of the festival, when my emerging friends and I were invited by Aan Mansyur (one of the MIWF curators) to sit and have fun in the courtyard of Fort Rotterdam, where the festival is held. In the evening, Sister Lily gave her opening speech on the 7th MIWF stage, where the theme was DIVERSITY. For the first time, I witnessed a bilingual (English and Indonesian) speech delivered very well; structured, passionately sincere, and without text. No other sounds were heard while Sister Lily spoke, the audience seemed hypnotized.
Bacarita Digital, Three Stories from the East
Oleh: Miftahul Aulia
April, 2022, sebuah pesan singkat disertai dengan e-flyer terbaca di layar gawai saya. “Ayo ikut ajang ini. Bertiga sama Ais.” Ajang yang dimaksud kawan saya bernama Valen itu adalah lokakarya produksi konten untuk komunitas Indonesia Timur, namanya Bacarita Digital.
Bacarita, istilah khas yang menyesuaikan aksentuasi orang-orang di tengah dan timur Indonesia, yang populer dipahami sebagai bercerita. Ditambah embel-embel digital, sudah jelas bahwa ajang ini bakal fokus pada penggunaan teknologi, dan output-nya yang akan memanfaatkan sosial media.
Penyelenggaranya Rumata’ Artspace—sebuah rumah budaya yang lahir dari proyek bersama mantan jurnalis Kompas, Lily Yulianti Farid, dengan sutradara film lokal Indonesia favorit saya, 3 Hari untuk Selamanya (2007), Riri Riza. Lokasinya di Jalan Bontonompo, No.12A, Gn. Sari, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
By: Miftahul Aulia
April, 2022, a short message accompanied by an e-flyer read on my screen. "Let's join this event. The three of us and Ais.” The event my friend Valen refers to is a content production workshop for the East Indonesian community, called Bacarita Digital.
Bacarita, a distinctive term that adapts to the accent of people in central and eastern Indonesia, is popularly understood as storytelling. Coupled with digital frills, it was clear that this event would focus on the use of technology, and its output will utilize social media.
The organizers are Rumata' Artspace—a cultural house that was born out of a joint project of former Kompas journalist, Lily Yulianti Farid, and the director of my favourite local Indonesian film, 3 Hari forever (2007), Riri Riza. The location is at Jalan Bontonompo, No.12A, Mt. Sari, Kec. Tamalate, Makassar City, South Sulawesi.
Kak Lily di MIWF
Sayembara Menulis Kritik Film DKJ 2023
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) memandang penting untuk membangun platform, untuk meningkatkan percakapan dan obrolan sesama penggemar film menjadi diskursus kritis, dan mengupayakan pengetahuan publik tentang sinema.
Sayembara Menulis Kritik Film yang diselenggarakan oleh Komite Film DKJ menjadi wadah bagi publik pecinta film dan penulis-penulis kritik film untuk berkarya. Diharapkan hasil tulisan-tulisan kritik film dapat memperkaya khasanah penulisan kritik film di Indonesia.
Pengiriman Karya (Open Submission) dimulai pertanggal 7 April sampai 26 Mei 2023 pukul 23.59 WIB. Pendaftaran dan pengiriman karya hanya dilakukan melalui link : https://bit.ly/SayembaraKritikFilmDKJ. Karya ditulis antara Januari 2022 hingga Mei 2023.
The Jakarta Arts Council (DKJ) considers it important to build a platform to turn conversations among film fans into critical discourse, and seek public knowledge about cinema.
The Film Criticism Writing Competition organized by the DKJ Film Committee is a forum for film lovers and film critics to create. It is hoped that the results of film criticism writings can enrich the repertoire of film criticism writing in Indonesia.
Delivery of Work (Open Submission) starts April 7 to May 26 2023 at 23.59 WIB. Registration and submission of works can only be done via the link: https://bit.ly/SayembaraKritikFilmDKJ. Works are to be written between January 2022 to May 2023.
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia