Bulan April ini terasa sangat spesial karena bertepatan dengan bulan Ramadan. Sepanjang Maret-April, kami menginformasikan bahwa kegiatan seni dan budaya masih terus dilaksanakan dengan berbagai upaya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus berdaya dan berkontribusi atas pemajuan kota. Sementara di sisi lain, tanggal 11 April 2022 yang lalu, demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Makassar sebagai bentuk pelaksanannya terhadap demokrasi.
Kami menginformasikan bahwa pada tanggal 24 Maret lalu, Rumata’ berkolaborasi dengan ISBI Sulawesi Selatan untuk menggelar Kuliah Umum dengan mengundang pendiri Rumata’ dan sutradara film Indonesia, Riri Riza, sebagai pemateri. Di hari yang sama, Rumata’ berkolaborasi dengan SEAscreen Academy, Kinotika, Kamar Senyap berdikusi mengenai Ekosistem Film Non-Industri dengan Riri Riza, Andi Burhamzah, dan Rahman Saade.
Selain itu, ada penayangan film-film pendek Indonesia berkolaborasi dengan Kolektif, Kinotika dan Tobaine Project serta diskusi #Bakujaga: Produksi Film, Produksi ‘Safe Space’. Kami juga menerima artikel dari Heri Fadli yang film pendeknya, “Jamal” ditayangkan di 52th Tampere Film Festival, juga ada artikel dari Ilda Karwayu mengenai progres #Bakubantu.
Bagi sahabat Rumata’ yang tertarik dengan pertunjukan, seni dan budaya, kami merekomendasikan Lab Kota dalam Teater oleh kala Teater dan hibah Dana Indonesia untuk berbagai kegiatan seni dan budaya seperti produksi dan pendayagunaan ruang publik.
Kami akan sangat senang bila Anda bersedia menjadi kontributor untuk mengirimkan tulisan, ulasan, atau bahkan kritik mengenai seni dan budaya Indonesia, terutama Indonesia Timur. Kami percaya bahwa keberagaman perspektif itu adalah salah satu kemewahan yang dapat kita lahirkan terus menerus.
Rachmat Mustamin
Direktur Program dan Kemitraan Rumata’ ArtSpace
Tim Newsletter Rumata' ArtSpace:
Koordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Kontributor Penulis Bulan April 2022: Tim Rumata', Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Aziz Albar, Ilda Karwayu, Abas Fauzi, Muhammad Heri Fadli, Ifdhal Ibnu
Penerjemah: Edan Runge
Rumata' ArtSpace Newsletter Team:
Coordinator: Rachmat Hidayat Mustamin
Author Contributors April 2022: Rumata's team, Agus Citra Sasmita, Andi Nurul Sri Utami, Aziz Albar, Ilda Karwayu, Abas Fauzi, Muhammad Heri Fadli, Ifdhal Ibnu
Translator: Edan Runge
Oleh: Abas Fauzi
Makassar (Kamis, 26 Maret 2022) - Program Studi Film dan Televisi Program Diluar Domisili (PDD) ISI Surakarta embrio ISBI Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Rumata' Artspace mengadakan kuliah umum dengan mengundang sineas Mohammad Rivai Riza atau lebih dikenal Riri Riza sebagai pembicara. Kuliah umum dilaksanakan dengan metode hybrid, baik secara luring maupun daring. Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 120 orang dari berbagai latar belakang baik mahasiswa, akademisi, maupun praktisi film yang berasal dari berbagai daerah.
Kuliah umum ini untuk menyambut hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret. Menurut Abas Fauzi dalam sambutannya sebagai perwakilan Prodi Film dan TV sekaligus ketua panitia, mengatakan bahwa "sejak Usmar Ismail dianugerahi pahlawan nasional oleh Presiden Jokowi dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional pada 2021, terjadi pasang surut sinema indonesia. Pandemi covid-19 menjadi salah satu alasan penyebab menurunnya aktivitas perfilman nasional. Hal itulah yang kemudian memunculkan inisiatif-inisiatif pola adaptasi baru dalam aktivitas berkarya dengan kondisi yang sedemikian rupa."Imbuhnya.
This public lecture was to welcome National Film Day which falls on March 30. According to Abas Fauzi in his remarks as the representative of the Film and TV Study Program as well as the chairman of the committee, he said that "since Usmar Ismail was nominated a national hero by President Jokowi in commemoration of National Heroes Day in 2021, there have been ups and downs in Indonesian cinema. The COVID-19 pandemic has become one of the reasons for the decline in national film activities. That is what has led to new adaptation patterns in creative activities under such conditions," he added.
Oleh: Aziz Albar
Rumata’ Artspace kedatangan sineas kebanggan Indonesia yaitu, Riri Riza, Rahman Saade, dan Andi Burhamzah. Pada Kamis, 24 Maret 2022 ketiga narasumber tersebut mengunjungi Rumata’ Artspace untuk menghadiri diskusi yang bertajuk #Ask Me Anything “Ekosistem Film Non Industri”. Diskusi ini diinisiasi oleh Rumata’ ArtSpace, SEAScreen Academy, Kinotika, dan Kamar Senyap. Sembari bercerita ketiga narasumber tersebut juga membagikan pengalamannya selama berkecimpung di dunia perfilman.
Kegiatan ini dilaksanakan secara luring terbatas. Sebagai komitmen menjaga protokol kesehatan, setiap komunitas hanya dapat mengirim maksimal 3 orang perwakilan untuk mengikuti sesi diskusi. Pada kesempatan ini diskusi dihadiri oleh pelaku industri film dan komunitas yang ada di Makassar. Dalam diskusi peserta berdiskusi dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada tiga narasumber mengenai tantangan dalam perfilman apalagi sifatnya non industri.
By: Aziz Albar
On Thursday, March 24, 2022, initiated by Rumata' ArtSpace, SEAScreen Academy, Kinotika, and Kamar Senyap, a discussion was held with the theme #Ask Me Anything about the “Non-Industrial Film Ecosystem” with Riri Riza, Rahman Saade, and Andi Burhamzah and attended by activists from film communities in Makassar, Gowa, Maros and Pangkep. While telling the story, the three speakers also shared their experiences of working in the film industry.
As a commitment to maintain health protocols, each community could only send a maximum of 3 representatives to participate in the discussion session. On this occasion the discussion was attended by film industry players and communities in Makassar. In the discussion the participants discussed and asked several questions to the three speakers regarding the challenges in film, especially in non-industrial forms.
Menuju Hari Film Nasional adalah program penayangan film-film dalam berbagai bentuk, ide, dan narasi,dalam rangka merayakan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret 2022. Program ini bekerjasama dengan Kolektif yang menginisiasi FMM 2022, dan atas kerja kolaborasi SEAscreen yang berbasis di Rumata’ ArtSpace bersama Kinotika dan Tobaine Project.
Program ini juga mengundang beberapa sutradara yang filmnya diputar untuk mengisi sesi Tanya-Jawab dengan penontonnya. Total 10 film yang ditayangkan pada 26-27 Maret 2022 dan dibagi menjadi 4 slot, diantaranya: Dear To Me, Kisah Cinta Dari Barat, Laut Memanggilku, Lika Liku Laki, A Daughter’s Lullaby, Angpao, Memories of The Sea, A Tale Before Nightfall, The Partian, The Unusual Event: Voices.
“Looking Forward to National Film Day” is a program showing films in various forms, ideas, and narratives, in celebration of National Film Day which falls on March 30, 2022. This program was in collaboration with the Collective who initiated FMM 2022, and collaborative work was based in Rumata' ArtSpace with SEAscreen,Kinotika and Tobaine Project.
This program also invited several directors whose films were screened to fill the Q&A session with the audience. A total of 10 films were screened on 26-27 March 2022 and were divided into 4 slots, including: Dear To Me, Love Stories from the West, The Sea Calls Me, Lika Liku Laki, A Daughter's Lullaby, Angpao, Memories of The Sea, A Tale Before Nightfall , The Partian, The Unusual Event: Voices.
Dalam rangka merayakan hari film nasional, Rumata’ ArtSpace, Kinotika dan Tobaine Project menggelar diskusi #Bakujaga pada 30 Maret 2022 di Rumata’ ArtSpace. Diskusi ini ingin memastikan bahwa tidak ada lagi kasus-kasus kekerasan di dalam ekosistem film melalui diskusi terbuka dengan para praktisi. Diskusi ini membincangkan dan memastikan bagaimana ruang-ruang produksi karya seni film dan komunitas di berbagai daerah menjadi ruang aman bagi setiap orang, khususnya perempuan.
Para pembicara yang diundang ialah Mira Amin, dari LBH Makassar, Andi Burhamzah, sutradara dan produser film serta Ulfa Evitasari, seorang pembuat film dokumenter. Diskusi ini lebih jauh melacak proses berkarya yang aman dan sehat, baik fisik maupun mental, serta kebiasaan apa yang perlu dilakukan dalam sebuah komunitas untuk menciptakan ruang aman.
To celebrate National Film Day, Rumata' ArtSpace, Kinotika and Tobaine Project held a #Bakujaga discussion on March 30, 2022 at Rumata' ArtSpace. This discussion aimed to ensure that there are no more violent cases in the film ecosystem through open discussions with practitioners. It discussed and the production spaces of film art and communities in various regions can become safe spaces for everyone, especially women.
The guest speakers were Mira Amin, from the Makassar Legal Aid Institute (LBH), Andi Burhamzah, a film director and producer and Ulfa Evitasari, a documentary filmmaker. This discussion further traced the process of creating a safe and healthy workplace, both physically and mentally, as well as what habits need to be encouraged in a community to create a safe space.
Oleh Aziz Albar
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Universitas Muhammadiyah Makassar bersama BASAsulsel Wiki melaksanakan diskusi santai mengenai bahasa daerah, bertajuk ‘’Eksistensinya di Tengah Arus Modernisasi”. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumata’ Art Space pada Selasa, 12 April 2022. Adapun narasumbernya yaitu, Azis Nojeng, dari Himpunan Pelestarian Bahasa Daerah, serta Yani Paryono, Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan. Kegiatan ini sebagai wujud pelestarian bahasa daerah bagi generasi milenial di tengah arus modernisasi.
Diskusi ini membahas mengenai pelestarian bahasa daerah yang ditakutkan kedepannya kehilangan penuturnya. Bahasa daerah tidak banyak lagi digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. sebagaimana ditegaskan oleh Azis Nojeng pada diskusi, bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa penghubung adalah salah satu penyebabnya. Apalagi jika di dalam satu keluarga ada perbedaan budaya atau suku. Hadirnya diskusi seperti ini merupakan upaya untuk menarik partisipasi publik terutama di kalangan milenial agar tetap melestarikan bahasa ibunya.
The Language Student Activity Unit (UKM) of the University of Muhammadiyah Makassar together with BASAsulsel Wiki held a casual discussion about regional languages, entitled "Its Existence in the Midst of Modernization". This activity was held at Rumata' Art Space on Tuesday, April 12, 2022. The speakers were Azis Nojeng, from the Regional Language Preservation Association, and Yani Paryono, Head of the South Sulawesi Language Center. This activity is a form of preserving regional languages for the millennial generation in the midst of modernization.
This discussion discusses the preservation of regional languages which are feared to lose speakers in the future. Regional languages are no longer used as a means of daily communication. as emphasized by Azis Nojeng in the discussion, the use of Indonesian as a connecting language is one of the reasons. Especially if in one family there are cultural or ethnic differences. The presence of discussions like this is an effort to attract public participation, especially among millennials in order to preserve their mother tongue.
Program #BakuBantu: Pasar Sastra, Konsistensi Menulis, dan Pengumpulan Naskah
oleh Ilda Karwayu
April menjadi bulan sibuk bagi Rumah Baca Nusa (RBN) yang mengusung project proposal Usaha Kue Kering Khas Lombok untuk Kelancaran Belajar Sastra Anak-anak; pun bagi Penerbit Akasia yang menggarap Penerbitan Buku #MeneropongManusiaSulawesi karya Eko Rusdianto dan Pelatihan Menulis. Di lain situasi, Komunitas Babasal Mombasa—yang menyusun Penerbitan Buku Akademi Sastra Banggai (ASB)—sedang mempersiapkan teknis Festival Sastra Banggai 2022 sebelum nantinya di awal Juli menerima dana bergulir.
Kegetolan RBN dalam menjalankan program #BakuBantu, tampaknya, telah menerangkan satu wacana yang selama ini tak begitu diperhitungkan oleh kalangan di luar pegiat buku: pasar sastra. Minggu, 27 Maret 2022 lalu RBN telah meluncurkan produk kue kering TAKASI—yang merupakan singkatan dari tiga nama kue kering khas Lombok, yakni tarēq, kaliadem, serta keciput.
By Ilda Karwayu
April is a busy month for Rumah Baca Nusa (RBN) (People’s Reading House) which carries a project proposal for Lombok's Specialty Pastries Business for the Learning of Children's Literature; and also for Acacia Publishers who are working on the publication of Eko Rusdianto's #MeneropongManusiaSulawesi Book and Writing Training. On the other hand, the Babasal Mombasa Community—which composes the Banggai Literature Academy (ASB) Book Publishing—is currently preparing technically for the 2022 Banggai Literature Festival before receiving its revolving funding in early July.
RBN's enthusiasm in carrying out the #BakuBantu program, it seems, has explained a discourse what has not been taken into account by people outside of book activists: the literary market. On Sunday, March 27, 2022, RBN launched the TAKASI pastry product—which is an abbreviation of the three names of Lombok's typical pastries, namely tarēq, kaliadem, and keciput.
Cerita ‘JAMAL’ Di 52th Tampere Film Festival
Oleh Muhammad Heri Fadli, sutradara film ‘Jamal’
Sebagai sebuah film pendek yang diproduksi bersama keluarga yang belum pernah terlibat dalam pembuatan film sebelumnya atau bahkan belum pernah sama sekali menonton di bioskop dan tinggal di sebuah pelosok yang terletak jauh dari kota besar, rasanya begitu menggembirakan Ketika pertama kali mendapatkan kabar bahwa film sederhana yang bermodalkan semangat ini bisa sampai ke layar di festival-festival film dunia. 52nd Tampere Film Festival adalah festival yang ke 8 bagi film Jamal dan merupakan salah satu dari 3 festival film pendek yang paling diagungkan di eropa Bersama dengan Clermont-ferrand, dan Oberhausen. Film jamal sebenarnya sudah melakukan world premiere di Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada tahun 2020, akan tetapi pada saat pemutaran dalam acara Opening Screening Tampere Film Festival merupakan kali pertama bagi saya untuk berkesempatan melihat film Jamal di layar yang besar dan sekali lagi rasanya Kembali seperti World Premiere.
Film Jamal merupakan salah satu dari 10 film pendek Indonesia yang masuk dalam sesi Indonesia 1 dan Indonesia 2, masing-masing film mendapatkan kesempatan 2 kali pemutaran pada program tersebut dan 2 film lainnya mendapatkan kesempatan di program lainnya, Film Lika Liku Laki karya teman saya Khozy Rizal juga masuk dalam sesi kompetisi , sedangkan Film Jamal mendapatkan kehormatan sebagai salah satu dari lima film pendek yang terpilih untuk diputar pada saat grand opening festival. Secara pribadi saya merasa sangat bersyukur karena film karya salah satu legenda film dunia Jonas Mekas juga menjadi salah satu film pembuka, tentunya berbagi layar dengan seorang maestro menjadi kebanggan tersendiri bagi film Jamal, selain itu Film Jamal juga tergabung dalam Program Indonesia 2 yang mendapatkan 2 kali pemutaran di Cine Atlas 1 & 3 di Koskikeskus, Tampere.
By Muhammad Heri Fadli, director of the film 'Jamal'
As a short film produced with a family who have never been involved in filmmaking before or have never even watched a movie at the cinema and live in a remote area far from a big city, it was so exciting when I first received the news that a simple film with capital and spirit behind it reached the screens at world film festivals. The 52nd Tampere Film Festival is Jamal's 8th film festival and is one of the top 3 short film festivals in Europe, along with Clermont-ferrand, and Oberhausen. Jamal's film actually had a world premiere at the Jogja-NETPAC Asian Film Festival in 2020, but when it was screened at the Tampere Film Festival's Opening Screening, it was the first time for me to have the opportunity to see Jamal's film on a big screen and once again it felt like I was back at the World Premiere.
Jamal is one of 10 Indonesian short films that are included in the Indonesia 1 and Indonesia 2 sessions, each film has the opportunity to be screened twice on the program and 2 other films had the opportunity in another program, the film Lika Liku Laki by my friend Khozy Rizal was also included in the competition session, while Jamal was honored as one of the five short films selected to be screened at the grand opening of the festival. Personally, I feel very grateful because the film by one of the world's film legends, Jonas Mekas, was also one of the opening films. Of course, sharing the screen with a maestro is a matter of pride for Jamal, screening at Cine Atlas 1 & 3 in Koskikeskus, Tampere.
Bagi sahabat Rumata’ yang senang dengan aktivitas teater, kami merekomendasikan inisiatif kegiatan dari Kala Teater, salah satu pegiat teater yang progresif di Makassar. Lab Kota dalam Teater merupakan program belajar bersama perihal isu-isu kota melalui perspektif warga. Program ini adalah rangkaian proyek Kota dalam Teater (City in Theater Project) yang digagas Kala Teater sejak 2015 hingga 2025.
Lab akan fokus menelisik seni performans melalui studi karya performans, diskusi, riset tematik dan artistik, workshop, latihan, dan presentasi karya-sedang-tumbuh. Dari unggahan Instagram dari @kalateater, Lab ini direncanakan berlangsung pada April hingga Desember 2022.
For Rumata's friends who enjoy theater activities, we recommend an activity from Kala Teater, one of the progressive theater activist groups in Makassar. The City Lab in Theater is a joint learning program about city issues from the perspective of citizens. This program is a series of City in Theater Projects initiated by Kala Teater from 2015 to 2025.
The lab will focus on examining performance art through the study of performance works, discussions, thematic and artistic research, workshops, exercises, and presentations of work-in-progress. According to the Instagram upload from @kalateater, this Lab is planned to take place from April to December 2022.
Teman Pencerita, selama Ramadhan kami membuka kesempatan bagi kalian untuk ikut dalam parade membaca untuk anak-anak. Kami percaya, kebiasaan membaca, kecintaan pada proses belajar, ketertarikan pada buku, tidak serta merta tumbuh alamiah. Mesti didorong dengan cara yang menyenangkan, tentunya. Membaca nyaring, bisa jadi pilihannya.
Ayuuuk!! Mari membaca nyaring untuk anak-anak di sekitar kita. Petunjuk teknisnya bisa kalian liat di slide selanjutnya.
Storytellers, during Ramadan we open the opportunity for you to take part in a reading parade for children. We believe the habit of reading, the love of the learning process and interest in books do not necessarily grow naturally. They must be encouraged in a fun way, of course. Reading aloud could be an option.
Come on!! Let's read aloud to the children around us. You can see the technical instructions on the next slide.
Mendikbudristek Nadiem Makarim dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kedelapan Belas: Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana, Rabu (23/3).
Menteri Nadiem menyampaikan bahwa hasil pengembangan Dana Indonesiana mengarah kepada penggunaan jangka panjang, untuk pemajuan kebudayaan secara berkelanjutan. Dukungan pada organisasi, lembaga, dan ruang budaya, bukan saja untuk kegiatan budaya tertentu, tapi bisa untuk banyak hal. Dengan demikian, Dana Indonesiana mendukung kohesi sosial lewat penguatan identitas dan ketahanan budaya.
Simak informasi selengkapnya dengan mengunjungi kemdikbud.go.id! 😊
Minister of Education and Technology Nadiem Makarim and Minister of Finance Sri Mulyani Indrawati launched Merdeka Learning Episode Eighteen: Freedom of Culture with Indonesiana Funds (Dana Indonesiana), Wednesday (23/3).
Minister Nadiem said that the results of the development of the Indonesiana Fund lead to long-term use, for the promotion of culture in a sustainable manner. Support for organizations, institutions, and cultural spaces, not only for certain cultural activities, but for many things. Thus, Dana Indonesiana supports social cohesion through strengthening identity and cultural resilience.
Check out more information by visiting kemdikbud.go.id! 😊
Rumata’ ArtSpace adalah rumah budaya yang resmi berdiri 18 Februari 2011, dijalankan secara independen dengan pendanaan yang sebagian besar berasal dari sumbangan publik. Selain menawarkan fasilitas yang bisa diakses secara luas khususnya bagi seniman dan komunitas di Makassar, Rumata’ dikenal dengan program-program unggulan yang telah menjadi bagian penting pengembangan kebudayaan dan kesenian, antara lain Makassar International Writers Festival (MIWF) dan SEAScreen Academy. Ratusan seniman dan relawan telah terlibat dalam berbagai kegiatan di Rumata’ dan ribuan pengunjung telah mengikuti berbagai kegiatan Rumata’. Perluasan kerjasama, peningkatan kualitas kegiatan dan upaya melebarkan jangkauan audiens adalah tiga hal mendasar yang akan terus dikerjakan Rumata’ Artspace.
Rumata’ ArtSpace is a cultural institution officially established on the 18thof February 2011. It operates independently and receives most of its funding from public donations. Apart from offering facilities that can be widely accessed, especially by artists and the Makassar community, Rumata’ is famous for its featured programs which have become an important part of cultural and artistic development, for example the Makassar International Writers Festival (MIWF) and SEAScreen Academy. Hundreds of artists and volunteers have participated in various activities at Rumata’ and thousands of visitors have also got involved. The three objectives that Rumata’ ArtSpace will continue to strive for are extending its collaborations, increasing the quality of its activities and growing its audience.
Jika ada saran, masukan dan informasi yang perlu kami ketahui, Anda dapat mengunjungi Rumata' ArtSpace dan menghubungi email serta nomor telepon yang tertera:
Jl. Bontonompo No.12A, Gn. Sari, Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221. Indonesia